Ini adalah jenis takdir yang masih dapat diubah melalui cara ikhtiar atau usaha serta doa.
Takdir ini tidak mutlak sifatnya melainkan ditentukan juga oleh manusia yang menjalaninya, namun tetap juga harus mengharapkan keridaan dari Allah.
Misalnya adalah belajar untuk memahami ilmu, jika tidak belajar maka tidak akan paham. Atau bekerja untuk mencari rezeki, banyak sedikitnya rezeki yang didapat tetap menjadi ketentuan Allah.
"Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim).
Bahkan banyak sekali surah-surah dalam Al-Quran yang menerangkan tentang takdir manusia yang menjadi misteri sang pemilik nya.
Lantas pantaskah kita memaksakan kebahagiaan versi kita dengan versi orang lain?
Pantaskah kita melangkahi takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT dengan menyatakan bahwa sesuatu terjadi karena begini dan begitu?
Bisa jadi yang kita anggap sumber kebahagiaan berbeda dengan sumber kebahagiaan bagi orang lain, Bagaimana bisa kita dengan mudahnya mendikte hidup seseorang itu tidak bahagia? sedangkan perasaan itu sesuatu yang tak kasat mata.
Jangan-jangan hidup kita yang tidak bahagia meski kita sudah memiliki sumber kebahagiaan versi kita.
Apakah sesulit itu untuk ikut bahagia dengan kebahagiaan orang lain? Apakah sesulit itu untuk melihat orang lain bahagia dengan versi mereka sendiri? Atau apakah dia bahagia dengan mengusik atau merampas harta kita?
Rasulullah SAW bahkan pernah berkata dan suatu hadis bahwa "hendaknya engkau sibuk dengan privasimu dan jangan terlalu sibuk dengan urusan orang lain."