Mohon tunggu...
UMMA RAFIKA
UMMA RAFIKA Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi Di MAN 1 Situbondo

Memiliki kemampuan untuk mengedit Vidio dan sangat senang hal hal baru tentang IT

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Hakikat Puasa Ramadhan dalam Perspektif Tasawuf

24 Maret 2024   12:40 Diperbarui: 24 Maret 2024   13:39 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadhan. Bulan suci ini menyapa kembali.Kedatangannya disambut dengan penuh kehangatan bagi umat islam seluruh dunia. Ada yang menyambutnya biasa-biasa saja,dan ada yang menyambutnya dengan antusias. Bagaimana dengan kita?

Semoga kita termasuk orang yang menyambut Ramadhan dengan antusias berlandaskan keimanan dan keilmuan. Kita senang karena paham bahwa Ramadhan adalah bulan keberkahan, bulan kemuliaan, bulan yang penuh pengampunan, bulan rahmat, dan bulan penuh cinta. Mari Kita menyambutnya dengan khusyuk dan niat yang tulus, dengan harapan mendapatkan keridoanNya.

Puasa merupakan perisai yang menjaga pemiliknya dari syahwat yang akan melukainya. Dengan niat puasa yang sungguh-sungguh, seorang muslim akan dapat menahan segala syahwat, hawa nafsu, serta perbuatan-perbuatan yang tercela.

puasa sebetulnya merupakan cara untuk meniru sifat-sifat Allah, dimana Allah tidak makan dan tidak minum. Puasa menjadi alat untuk menguji batas kekuatan fisik manusia terhadap kekuatan ruhaninya, dengan cara pengosongan diri  baik yang bersifat material seperti makan dan minum, dan non-material.

Jalaluddin Rumi mengibaratkan puasanya seorang sufi itu seperti seruling yang kosong, sehingga ketika ditiup bisa mengeluarkan bunyi yang jernih dan merdu.
untuk bisa mencapai pada pengendalian diri yang sempurna ada tiga tahapan yang harus dilakukan. Pertama dengan cara mengosongkan atau membersihkan diri. Setelah itu, menghiasi diri dengan perbuatan dan karakter yang terpuji. Dan yang terakhir adalah memancarkan atau mewujudkan sifat-sifat terpuji tersebut dalam perilaku sehari-hari.

Dalam tasawwuf, puasa Ramadan memiliki makna yang mendalam sebagai salah satu aspek penting dalam perjalanan spiritual seorang Muslim. Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makanan, minuman, dan hubungan suami istri dari terbit fajar hingga terbenam matahari, tetapi juga merupakan latihan untuk menundukkan hawa nafsu dan mengendalikan diri dari godaan dunia.

Puasa Ramadan menjadi sarana bagi kita untuk membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati seperti keserakahan, kebencian, dan keangkuhan. Dengan menjalani puasa dengan penuh kesungguhan, kita dapat meraih maqam yang lebih tinggi dalam perjalanan spiritual kita, menuju kesempurnaan diri dan keclosan kepada Allah SWT.

Dalam menyambut bulan Ramadan ini, marilah kita memanfaatkan setiap momen untuk memperkuat ikatan spiritual kita dengan Allah SWT. Mari kita jalani puasa dengan penuh kesungguhan dan kekhusyukan, serta menjadikan bulan Ramadan sebagai peluang untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun