Mohon tunggu...
rafi izzan
rafi izzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Tertarik dengan dunia kepenulisan, editing, fotografi dan videografi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Aktor Penggerak Ekonomi Kreatif: Tuntutan Arus Lingkungan atau Bagian dari Passion?

6 April 2024   16:25 Diperbarui: 6 April 2024   16:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di dalam dunia perkuliahan seringkali terdengar istilah mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang kuliah-pulang), mahasiswa kura-kura (kuliah-rapat kuliah-rapat), hingga mahasiswa kunang-kunang (kuliah-nangkring kuliah-nangkring). Hal itu menunjukkan realita perbedaan spektrum dalam lingkup mahasiswa itu sendiri. Beberapa memilih untuk aktif berorganisasi, beberapa memilih untuk sibuk di dunia luar dengan social life-nya, dan beberapa yang lain memilih untuk menghabiskan waktu di Rumah. 

Dalam dunia kampus juga seringkali terdengar narasi justifikasi terhadap pilihan mahasiswa. Misalnya mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang aktif berorganisasi dan lain sebagainya. Padahal, dalam realitanya mahasiswa mempunyai caranya sendiri dalam eksplorasi dan aktualisasi pengembangan dirinya. Salah satunya sebagai mesin penggerak roda ekonomi kreatif.

Di dalam internal kampus terdiri dari organisasi struktural mahasiswa seperti BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) hingga Himmah (Himpunan Mahasiswa) yang mempunyai program kerja selama masa jabatannya. Seringkali untuk merealisasikan program kerja tersebut mahasiswa membutuhkan dana yang dihimpun melalui sponsorship hingga danusan. Danusan itu sendiri merupakan cara lama mahasiswa untuk menghimpun dana dengan berjualan makanan dan minuman kepada sesama mahasiswa. Bisa diartikan mahasiswa sebagai reseller para pedagang jajanan di sekitar kampus.

Seiring berkembangnya zaman cara mahasiswa untuk menghimpun dana pun kian beragam. Salah satunya dengan sistem open tenant. Open tenant merupakan sistem bazaar atau bisa dikatakan open space bagi para pelaku UMKM dan pihak sponsorship yang ingin memasukkan usaha mereka ke dalam agenda pra-event salah satu program kerja organisasi. Untuk sistematikanya para panitia program kerja atau anggota organisasi kampus tersebut memfasilitasi penyediaan tenant yang bisa disewa oleh para pelaku usaha dan sponsorship. 

Di Universitas Airlangga sendiri seringkali diadakan open tenant sebelum hingga saat pelaksanaan sebuah program kerja. Salah satunya adalah program kerja Kementrian Seni dan Budaya BEM Fisip Universitas Airlangga dalam Gelora Pentas Rakyat 2023. Menurut Ketua pelaksana Gelora Pentas Rakyat 2023 Artanti Indira, selain menjajakan usaha mereka para pelaku UMKM dan sponsorship juga bisa mendapatkan engagement dari basis masa program kerja organisasi yaitu para mahasiswa. 

"Jadi tujuan open tenant itu sebenarnya kan bentuk kerjasama dengan pihak sponsor kita juga ngasih benefit ke mereka, ngasih wadah ke mereka untuk jualan di hari-H. Jadi mereka bisa dapetin engagement dari audience yang dateng bisa melihat apa sih yang mensponsori GPR ini? Apa sih produk-produknya? kaya gitu" Ucap Artanti.

Selain dari internal kampus sendiri, tidak sedikit juga para mahasiswa yang eksis menjadi motor penggerak ekonomi kreatif di luar lingkungan kampus. Salah satunya melalui bisnis promotor event. Akhir-akhir ini banyak sekali festival-festival musik hingga event-event kecil berbasis kreatif yang diinisiasikan oleh para mahasiswa. SOD (Sounds of Downtown) Festival adalah satu wujud nyatanya.

Menurut Ariq, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga yang juga merupakan salah satu Tim SOD Festival (Tim produksi SOD), peran mahasiswa dalam produksi event sangatlah besar. Karena pada dasarnya mahasiswa masih mempunyai jiwa-jiwa eksploratif yang tinggi. Selain itu juga mahasiswa merupakan kalangan yang mampu memanfaatkan sosial media dengan baik. Peran dan partisipasi mahasiswa dalam produksi event SOD Festival kurang lebih 55% dari jumlah keseluruhan tim produksi.

"Riset Tim SOD festival dalam ke 6 kalinya diadakan, partisipasi mahasiswa kurang lebih 55% yang terdiri dari beberapa aspek, diantaranya marketing dan SDM. Dari segi market mostly mahasiswa sudah bergadget dan SOD sangat terbantu akan penggunaan sosmed di kalangan mahasiswa. Sedangkan dari segi SDM mahasiswa tentunya sudah mempunyai karakter dan pengetahuan, sehingga keberadaan mahasiswa bisa membantu SOD dalam pengoptimalan SDM seperti dibukanya open recruitment volunteer." Ucap mahasiswa asal Sulawesi tersebut.

Dalam pengembangan ekonomi kreatif itu sendiri SOD Festival mampu secara masif menggerakkan perputaran ekonomi setidaknya di hari penyelenggaraannya. Baik melalui open tenant, area parkir, hingga lingkup pariwisata dan penginapan. Dengan basis massa yang dimiliki tersebut secara tidak langsung mampu mengangkat perkembangan penjualan para pelaku usaha di sekitarnya.

"SOD Festival pernah menyentuh angka 25 ribu penonton per harinya, kalau di akumulasikan untuk berapa banyak persenan mahasiswa yang datang, kemungkinan 35% atau sekitar 8-9 ribu mahasiswa" Tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun