Mohon tunggu...
Muhammad RafiHasyim
Muhammad RafiHasyim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penerima Beasiswa Prestasi STP Trisakti Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Alat Penunjang Salah Satu Faktor Sulitnya Berprestasi

2 Maret 2021   00:41 Diperbarui: 8 Maret 2021   12:33 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat pertama masuk SMK saya sangat tertarik mengikuti perlombaan karena ingin meraih prestasi untuk mebanggakan kedua orang tua saya, dan membawa nama Indonesia ke kancah Internasional. Saat saya pertama kali menjalakan latihan untuk perlombaan memasak, saya memiliki beberapa kendala,Yaitu kurangnya kelengkapan alat penunjang serta sulitnya mendapatkan bahan yang kualitas nya baik di wilayah saya.

Disaat perlombaan,alat penunjang seperti Combi Oven, Salamander, tidak pernah digunakan oleh saya. Padahal alat itu bisa menghemat waktu lomba dan hasil masakan bisa matang dengan sempurna. Hal ini dikarenakan saat latihan saya tidak pernah menggunakan alat tersebut karena kondisinya yang sudah rusak. Apabila alat tersebut bisa digunakan pada saat latihan, mungkin saya akan terbiasa di arena lomba nanti dan hasil masakan yang saya buat saat perlombaan akan sama saat yang saya buat pada saat latihan.

Walaupun saya tinggal di ibukota Untuk bahan yang sulit saya dapatkan dan tergolong mahal yaitu seperti Corriander Leaf, Edible Flower, Microgreen. Misal, Corriander Leaf yang cukup sulit didapatkan di supermarket kecil maupun besar, padahal Corriander Leaf bisa sangat mempengaruhi rasa masakan dan aroma dari masakan yang saya buat. Karena saat perlombaan,saya pernah mendapatkan feedback dari salah satu juri lomba, "Makanan kamu kurang Corriander Leaf, kalau ada Corriander Leaf masakan kamu jauh lebih enak dari ini". Saat itu saya sadar betapa penting sebuah detail yang bisa berpengaruh namun sulit untuk didapatkan.

Saat ini Indonesia seharusnya sudah bisa meraih lebih banyak prestasi dari negara lain. Tetapi di sebabkan oleh tidak adanya wadah yang mumpuni untuk dijadikan tempat pelatihan karena minimnya alat--alat penunjang dan bahan. Padahal generasi muda Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara lain. Tetapi disebabkan Indonesia belum cukup mampu untuk memiliki sebuah wadah yang bisa menampung anak muda yang memiliki bakat untuk mendapatkan prestasi di kancah Internasional.

Mengapa negara lain bisa memiliki banyak prestasi dibandingkan negara kita? Karena mereka sudah memiliki wadah yang mencakupi semua kebutuhan untuk perlombaan tingkatAsia maupun dunia. Hal ini bisa menjadi salah satu factor mengapa Indonesia berada selangkah di belakang dari pada Negara adidaya lainnya.

Satu hal lagi yang membuat Indonesia berada di belakang yaitu tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Menurut TII "Hari ini indeks persepsi korupsi Indonesia ada di skor 40 dan ranking 85 dari 180 negara. Skor ini naik dua poin dari tahun 2018 yang berada di poin 38," ujar peneliti Transparency International Indonesia (TII) Wawan Suyatmiko dalam pemaparan IPK 2019 di gedung Sequis Center, Jakarta, Kamis (23/1).

Saya dapat mengambil contoh dalam perlombaan Asean Skill Competition. ASC merupakan perlombaan yang diadakan dua tahun sekali pada tingkat Asean. Perlombaan ini melombakan kemampuan generasi muda Indonesia dalam bidangnya masing -- masing. Indonesia pernah meraih beberapa medal seperti dalam bidang Restaurant Service, IT Software Solution, Hair dressing dan lain sebagainya. Namun, beberapa bidang belum pernah mencetak gol dalam ajang tersebut. Hal ini bisa dikarenakan kurang nya wadah dan fasilitas yang mampu menampung para peserta untuk bersaing dengan negara lain.

Dalam contoh ini, dana untuk pelatihan perlombaan anak muda Indonesia mungkin bisa untuk dijadikan kesempatan untuk para oknum koruptor yang ingin mengambil keuntungan. Menurut salah satu peserta Asean Skill Competition, saat berlatih untuk persiapan lomba, mereka harus membeli bahan -- bahan untuk latihan menggunakan uang pribadi Expert mereka atau uang pribadi peserta itu sendiri karena memerlukan waktu yang cukup lama jika harus menunggu uang dari pemerintah Indonesia. Jadi mereka berinisiatif untuk menggunakan uang pribadi untuk pelaksanaan latihan. Mengingat waktu pelatihan dilaksanakan bisa sampai berbulan bulan namun dana baru cair di pertengahan maupun akhir pelatihan. Apabila mereka tidak memiliki uang tabungan, mereka akan berlatih seadanya saja.

Apabila Indonesia bisa bersaing di perlombaan kancah dunia serta meraih prestasi yang membuat Indonesia di takuti oleh negara lain, Indonesia harus membentuk wadah yang bisa mencakupi semua kebutuhan para peserta lomba seperti tempat latihan, alat-alat penunjang, bahan yang dibutuhkan, fasilitas dan hal yang lainnya, Serta memantau langsung sampai mana kegiatan pelatihan yang diajarkan oleh Expert bidang lomba dan mengukur sejauh mana para peserta untuk persiapan perlombaannya.

Muhammad Rafi Hasyim, Penerima Penerima beasiswa prestasi STP TRISAKTI Program studi D4 Pengelolaan Perhotelan Stp Trisakti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun