Liga Super Eropa akhir-akhir ini kerap ramai menjadi bahan pembicaraan para pencinta sepak bola di seluruh penjuru dunia. Liga Super Eropa atau European Super League (ESL) merupakan sebuah proyek besar jangka panjang oleh para pemilik klub besar Eropa seperti Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, Chelsea dan yang lainnya. Presiden Real Madrid, Florentino Perez merupakan sosok besar yang menjadi aktor utamanya.
Perez didaulat sebagai presiden European Super League. Perez pun sudah sangat lama mengidamkan kompetisi baru saingan Liga Champions. Ungkap Perez, dia bersama para petinggi klub lainnya pun sudah merencanakan pagelaran besar ini sejak tahun lalu. Kemudian European Super League sempat meledak pada 18 April 2021. Liga Super Eropa menjadi tandingan Liga Champions yang akan diikuti sekitar 20 klub besar di benua Eropa setiap musimnya.
Real Madrid menjadi pemimpin diantara klub lainnya, disaat itu ada beberapa klub besar yang sudah mendaftar dalam kompetensi tersebut yaitu Real Madrid, Atletico Madrid, Barcelona, Inter Milan, Ac Milan, Juvrntus, Manchester City, Liverpool, Arsenal, Chelsea dan Totthenham Hotspur menjadi 12 peserta awal pada pagelaran tersebut. Namun European Super League hanya bertahan selama 2 hari setelah resmi diumumkan kepada publik, kemudian 11 klub memilih untuk mundur. Ajang ini pun resmi ditunda untuk sementara waktu.
Selain Florentino Perez, pemilik klub Juventus Andrea Agnelli juga menjadi dalang dibalik European Super League. Agnelli menjabat menjadi wakil presiden dari kompetisi tersebut, keduanya sangat begitu mendambakan European Super League, Agnelli bahkan langsung mundur sebagai ketua dari Asosiasi Klub Eropa (ECA) begitu European Super League resmi diluncurkan. Kemudian ada beberapa nama- nama besar lainnya yang menjadi barisan terdepan dibalik lahirnya European Super League, yaitu Joel Glazer pemilik klub Manchester United dan John W Henry selaku pemilik utama Liverpool. Pada akhirnya para klub besar lainnya pun mundur karena mendapatkan ancaman sanksi dari Federasi Sepakbola Eropa yaitu FIFA/UEFA dan penolakan keras dari para fans tiap klub yang telah terdaftar dari kompetisi tersebut.
Namun apa daya gebrakan itupun ambruk ditimpa oleh dampak dari gebrakan itu sendiri, Reformasi untuk sistem kompetisi yang dikelola oleh UEFA itupun menjadi bumerang bagi Liga Super Eropa, justru UEFA menjadi lebih kuat. Setelah beberapa hari rencana tersebut diberitakan ESL saat ini menjadi kontroversi karena dibuat atas inisiatif 12 tim tanpa melibatkan persetujuan UEFA selaku organisasi induk sepak bola.
Kini, pihak UEFA memastikan akan memberi sanksi kepada seluruh tim dan pemain yang nekat mengikuti Liga Super Eropa. Gelombang protes dari pengamat sepak bola Eropa, pelatih, hingga para kalangan suporter 12 tim pendiri European Super League juga sudah menjadi perang dingin antara para pendukung dan penolak liga tersebut. Lantas mengapa Liga Super Eropa ditolak oleh banyak kalangan?
Alasan utama mengapa Liga tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan asas dasar sepak bola yaitu Fair Play. Kemudian UEFA sendiri memberikan larangan keras dan sanksi untuk para pendiri European Super League.
"Seperti yang diumumkan sebelumnya oleh FIFA dan enam Federasi Sepakbola, klub-klub yang terlibat dalam pembentukan Liga Super Eropa akan dilarang bermain di kompetisi lain di tingkat domestik, Eropa atau dunia. Para pemain juga dapat ditolak kesempatannya untuk mewakili tim nasional mereka," dilansir dari UEFA. Maka dengan berdirinya Liga Super Eropa akan mengancam eksistensi dari Liga Champions dan Liga Eropa yang merupakan dua kompetisi tertinggi antarklub buatan UEFA yang sudah berjalan hingga puluhan tahun.
Jika sanksi tersebut diterapkan hal itu tentu akan menjadi berita buruk mengingat beberapa klub elit dari anggota pendiri Liga Super Eropa memiliki tradisi panjang di Liga Champions dan European League. Demikian, kompetisi Liga Champions dan European League kemungkinan akan kehilangan pamor karena kehilangan klub elit Eropa dengan sejarah panjang tidak lagi menjadi peserta, 12 tim pendiri adalah peserta “abadi” dari Liga Super Eropa.
Dapat dipastikan itu merupakan rencana yang buruk karena tidak sesuai dengan asas sepakbola yang Fair Play, karena tidak memberikan peluang untuk klub lainnya untuk berkompetisi dan berprestasi dalam Liga tersebut yang hanya dapat dikuasai sendiri oleh mereka. Hingga pada akhirnya gebrakan tersebut usai hanya dalam kurun waktu 48 jam karena telah ditangguhkan oleh kebijakan yang diberikan oleh UEFA dan menjadi akhir cerita dari drama singkat pembentukan Liga Super Eropa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H