Mohon tunggu...
rafifawzan
rafifawzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa aktif dari Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiktok Senjata Pembunuh Nalar

5 Januari 2025   17:07 Diperbarui: 5 Januari 2025   18:53 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tiktok adalah aplikasi yang sedang marak digunakan, Indonesia menempati peringkat 1 di dunia dengan pengguna tiktok terbanyak. Bukan hanya itu, Indonesia juga menjadi pengguna tiktok terlama di seluruh dunia. Tiktok merupakan dobrakan sosial media baru yang menyajikan konten dengan format vertical yang bisa menciptakan kecanduan yang luar biasa, sampai sampai sosial media lain harus membuat fitur yang serupa dengan tiktok agar tidak ketinggalan dari sosmed yang lainnya, seperti youtube yang sekarang menyediakan youtube short atau Instagram yang saat ini menyediakan Instagram reels. Sosial media tiktok sering kali menyajikan konten konten yang relevan atau konten yang sangat ingin kita lihat. Banyak sekali orang yang merasa senang dan terbantu dalam melihat konten konten yang disajikan di dalam tiktok. Namun di balik rasa senang dan popularitas tiktok, tiktok sangat berdampak pola pikir dan kecerdasaan seseorang, bagaimana bisa? Mari kita bahas.

Mungkin kalian bertanya tanya mengapa tiktok dapat berdampak pada pola pikir dan kecerdasan seseorang? Bukankah seharusnya tiktok adalah platfrom terbaik karena menyajikan video yang singkat dengan berbagai macam informasi? Justru disitulah masalahnya, dengan adanya video singkat dengan berbagai macam informasi justru memicu otak kalian information overload yang dimana itu akan berdampak pada pola pikir kalian, jika kalian scroll tiktok 1 jam yang berisi berbagai informasi dari berbagai bidang apakah kalian akan ingat semua informasi yang kalian scroll selama 1 jam? Tentunya kalian hanya akan ingat beberapa informasi yang menurut kalian penting untuk diingat, kalaupun kalian ingat semua informasi yang tadi kalian lihat, hal itu akan memicu informasi overload, informasi overload adalah keadaan dimana seseorang terlalu banyak menerima informasi dalam satu waktu, yang dimana informasi overload memicu stress karena ketidak mampuan otak kita dalam memproses banyak informasi yang masuk dalam satu waktu. Sama halnya ketika kita belajar 1 jam sebelum ujian dimulai, kita membaca berbagai macam materi dengan berpindah pindah dari materi satu ke yang lainnya dalam waktu singkat, hal itu membuat otak kita lelah dan stress karena harus memproses berbagai informasi secara singkat.

Nyatanya konten konten singkat di tiktok membuat kita kecanduan, algoritma di tiktok selalu mengeluarkan konten sesuai dengan apa yang kita sukai. Video video pendek ini membuat standar dopamine seseorang naik, dopamine adalah hormone yang membuat seseorang merasa bahagia, contoh dari standar dopamine seseorang naik adalah dahulu film film berwarna hitam putih saja sudah bisa membuat bahagia atau film pixar tahun 2000an yang kualitas masih seadanya juga sudah bisa membuat bahagia, berbeda dari sekarang, film dengan cgi tinggi seperti avatar, batman dan superman menjadi hujatan karena dikatakan bahwa cgi dalam film itu kurang atau jelek, ini membuktikan bahwa standar orang orang jaman sekarang naik. Bisa dikatakan orang orang jaman sekarang mudah merasa bosan, salah satu dampak dari cepat merasa bosan itu adalah hadirnya platfrom yang menyediakan video video singkat dengan kehebohan di dalamnya, orang orang rela membuang waktu untuk menonton video di tiktok yang tidak ada maknanya seperti clip clip film atau streamer yang disatukan dengan gameplay game yang bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan clip film tersebut.

Harus saya tekankan di sini aplikasi tiktok bukanlah permasalahan yang utama, miris rasanya ketika melihat komen komen netizen yang ada di tiktok, mulai dari membenarkan atau membela pelaku kriminalitas sampai pelecehan seksual. Tidak terkecuali konten mengenai politik, budaya, dan agama. Makin banyak statemen bodoh yang tidak sesuai logika yang dilontarkan di kolom komentar konten tersebut, seperti konten berita tentang maling yang malah dibenarkan oleh netizen netizen di tiktok. Tiktok sendiri juga bisa menjadi senjata politik karena merupakan platform paling tepat untuk menyampaikan informasi kulitnya saja.

Pada akhirnya aplikasi tiktok tidak bisa disalahkan karena aplikasi tiktok dasarnya sama dengan akun sosial media lain. Kita harus bisa memanfaatkan sosial media sebaik mungkin, maka dari itu kita harus membenahi diri kita dengan berpikir kritis, menonton konten yang bijak, dan tidak membuat orang bodoh terkenal. Tiktok dapat menjadi platform yang sangat berguna bila digunakan dengan bijak, dengan itu tiktok sendiri bisa menjadi sosial media yang bersih dan normal. Sebaliknya jika tiktok digunakan dengan tidak bijak, tiktok bisa menjadi "senjata pembunuh nalar"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun