Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa | Writer in Progress | Copy Writer | Like Reading a Book

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu yang Tak Terungkap

4 Februari 2025   21:20 Diperbarui: 4 Februari 2025   21:20 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto seseorang yang rindu (Sumber: Image Generation)

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi pegunungan, ada seorang mahasiswa komunikasi bernama Arjuna. Setiap pagi, dia berjalan melewati jalan setapak yang dipenuhi bunga liar menuju kampus, suasana yang selalu membuatnya bersemangat. Namun, ada satu hal yang selalu mengisi pikirannya --- Lila, teman sekelasnya yang menawan.

Lila bukan hanya teman kuliah bagi Arjuna; dia adalah sosok yang mempesona, ceria, dan pandai bergaul. Setiap hari, Lila mampu membuat orang-orang di sekitarnya tersenyum. Dia sering kali menjadi pusat perhatian di kelas, mampu membuat suasana belajar jadi menyenangkan. Namun, bagi Arjuna, Lila adalah lebih dari sekadar teman biasa. Setiap senyumnya seperti sinar matahari yang menyentuh hatinya, menjadikan setiap harinya penuh dengan harapan yang manis. Sayangnya, rasa tersebut selalu terpendam, terkungkung dalam kebisuan yang tak berujung.

Pernah sekali, mereka berdua ditugaskan untuk mengerjakan proyek bersama. Saat itu, Arjuna merasa ini adalah kesempatan sempurna untuk menyatakan perasaannya. Dia ingin menjadikan proyek ini sebagai jembatan untuk mengungkapkan cinta yang selama ini terpendam. Namun, setiap kali mereka berdiskusi, kata-kata yang ingin ia ucapkan serasa terjebak di tenggorokannya. Ia hanya mampu menatap Lila yang antusias menjelaskan ide-ide, sementara hatinya berdebar keras. "Saatnya berbicara, Arj," bisiknya dalam hati. "Jangan sampai kesempatan ini berlalu begitu saja."

Baca juga: Jejak di Pasir

Namun, setiap kali berusaha mengumpulkan keberanian, pikirannya selalu diselimuti ketakutan. Bagaimana jika Lila tidak merasakan hal yang sama? Bagaimana jika perasaannya merusak indahnya persahabatan mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya terjebak dalam lingkaran ragu yang tak pernah berujung.

Hari demi hari berlalu, hingga tiba saat presentasi proyek yang mereka kerjakan. Arjuna dan Lila berdiri di depan kelas, menjelaskan dengan semangat. Arjuna merasa butterflied saat melihat Lila tampil percaya diri, sementara dirinya tersedot dalam pesonanya. Dia bisa melihat ketertarikan di mata teman-teman kelas mereka, tetapi pandangannya selalu teralihkan oleh Lila. Setelah presentasi berakhir, mereka mendapat pujian dari dosen dan teman-teman. Namun, perasaan bahagia itu terasa hampa bagi Arjuna. Ia hanya bisa tersenyum lemah, terjebak dalam ketidakpastian.

Ketika malam tiba, Arjuna berjalan pulang dengan langkah berat. Hatinya dipenuhi rasa rindu yang semakin menguat. "Kenapa aku tak bisa mengungkapkan semua ini?" pikirnya. Ia tahu bahwa perasaannya tidak akan hilang tanpa diungkapkan; justru semakin membebani pikirannya. Di tengah malam, Arjuna membuka jurnalnya. Dengan tangan bergetar, ia mulai menulis tentang Lila, tentang betapa indahnya setiap momen bersamanya. Namun, meskipun di atas kertas, rasa takut masih membelenggu hatinya.

Hari-hari berlalu hingga satu bulan kemudian, saat Arjuna menerima kabar mengejutkan. Lila memberi tahu bahwa dia akan pindah ke kota lain untuk melanjutkan studi. Kabar itu seolah memberi tamparan telak bagi Arjuna. Apa yang akan terjadi dengan semua perasaannya yang terpendam? Apakah semua ini hanya akan menjadi kenangan belaka? Hatinya hancur memikirkan kemungkinan itu. 

Di hari terakhir Lila di kota itu, Arjuna merasa harus melakukan sesuatu. Dia pergi ke tempat favorit mereka, sebuah taman kecil di pinggir danau di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama. Saat matahari terbenam, langit dipenuhi warna keemasan yang memukau. Arjuna tahu ini adalah momen terakhir di mana ia bisa melihat Lila. Dalam hati, ia bertekad untuk mengungkapkan perasaannya malam itu juga.

Saat dia melihat Lila tertawa bersama teman-teman lainnya, hatinya kembali bergetar. Setiap tawa, setiap senyuman, semakin menegaskan rasa rindu di dalam hatinya. Keluarganya datang mungkin mengkhawatirkan jawaban yang akan tail Arjuna, namun niatnya untuk berbicara begitu kuat. Ketika Lila berbalik dan menatapnya, senyumnya membuat Arjuna semakin membeku. 

"Kamu akan merindukanku, kan?" tanya Lila dengan nada nakal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun