Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Doom Spending, Sebuah Healing atau Menjadi Overthinking?

3 Oktober 2024   18:37 Diperbarui: 3 Oktober 2024   18:46 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Doom Spending (Sumber: CardMapr.nl/Unsplash)

Masalah dalam kehidupan ini terlalu kompleks, sehingga banyak orang stress dan melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan rasa stress nya itu. Anak muda sekarang menyebut cara untuk mengatasi stress,cemas atau putus asa yaitu dengan Healing. Banyak upaya yang bisa dikatakan Healing oleh kaum muda, ada yang memilih untuk jalan-jalan ke tempat wisata, menonton film, atau juga berbelanja. 

Siapa nih yang memilih Healing dengan berbelanja?

Memang banyak yang merasa bahwa dengan berbelanja dirinya merasa lebih baik dari segi mental. Namun, sering kali mereka berbelanja sesuai dengan apa yang mereka inginkan bukan pada apa yang sebenarnya dibutuhkan. Betul?

Bila kita melihat dari fenomena ini, maka tidak jarang mereka menghabiskan banyak uang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Mengapa begitu? karena alasan yang menyebabkan mereka berbelanja bukan atas dasar kebutuhan. Jika alasan berbelanja adalah karena banyaknya masalah, maka kita yakin tidak sedikit masalah yang kita hadapi. Dengan begitu, belanja yang dilakukan pun akan semakin banyak dan tidak teratur. Inilah fenomena yang disebut 'Doom Spending'. 

Menurut Rista Zwestika, seorang Perencana Keuangan yang menjelaskan bahwa 'Doom Spending' adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku pengeluaran yang impulsif atas respon dari perasaan stress, cemas, bahkan putus asa. Umumnya hal ini terjadi bagi kalangan Milenial dan Gen Z. Hal ini biasanya terjadi ketika seseorang merasa tertekan dalam situasi yang negatif seperti, ketidakpastian ekonomi, krisis kepribadian, ataupun berita buruk yang terus bertebaran. 

Lantas apa dampak dari Doom Spending ini?

#1. Tabungan Terkuras Habis

Dampak dari belanja yang dilakukan secara impulsif dan tanpa adanya pertimbangan dahulu akan menyebabkan pembeli menggunakan tabungannya untuk berbelanja. Hal ini mungkin, karena mereka berbelanja dengan tujuan untuk memuaskan diri mereka karena perasaan stress yang dirasakan. Seseorang yang dalam keadaan stress akan sulit untuk mempertimbangkan apakah itu duit tabungan atau bukan sehingga bagi dia yang terpenting adalah berbelanja dahulu. 

#2. Perasaan Bersalah 

Mereka yang secara tidak sadar telah berbelanja dalam jumlah banyak dan bukan atas dasar kebutuhan, nantinya tiba-tiba muncul perasaan bersalah. Karena mereka tidak memikirkan dahulu mengenai pengeluaran yang dilakukan justru melebihi pendapatan. Oleh karena itu, perasaan bersalah akan hadir dalam diri mereka dan ini yang akan menambah kondisi stress mereka. 

#3. Utang yang Menumpuk 

Kini belanja sangat dipermudah dengan adanya berbagai layanan untuk melakukan pembelian barang atau jasa tanpa harus membayar langsung saat transaksi. Mereka dapat dengan mudah mengakses barang yang diinginkan tanpa harus memikirkan biayanya atau berhutang lebih dulu. Bila kegiatan berbelanja ini terus dilakukan dan menggunakan layanan ini, maka akan membuat mereka harus menanggung utang yang banyak.

Bagaimana cara kita untuk menghindari Doom Spending?

#1. Meningkatkan Kesadaran diri 

Kemudahan dalam berbelanja membuat kita dapat menghabiskan uang secara instan sehingga membeli sesuatu menjadi lebih mudah. Cara yang bisa kita lakukan adalah dengan berpikir kembali mengenai anggaran yakni pendapatan. Jangan sampai kita selalu memenuhi hasrat membeli tanpa memikirkan aspek kebutuhan namun keinginan saja. Kenali kondisi keuangan kita lebih dalam, agr kita dapat terhindar dari resiko finansial yang buruk. Dan lakukan perencanaan keuangan agar keuangan kita lebih stabil dan tidak menimbulkan hal yang justru mempersulit keadaan ekonomi kita. 

#2. Batasi Melihat Konten di Media Sosial

Sekarang iklan dilakukan secara masif, sehingga konsumen mendapatkan paparan iklan yang terus menerus. Tidak sedikit dari kita yang terpengaruh dari konten iklan tersebut. Tidak hanya iklan, konten utama yang perlu kita hindari adalah terus melihat berbagai macam kehidupan dari orang lain. Hal ini dapat memicu keinginan kita untuk mengikuti apa yang mereka lakukan, atau yang biasa disebut FOMO (ikut-ikutan).

#3. Mengontrol Kondisi Emosional

Penyebab dari adanya Doom Spending ini karena kurangnya kesadaran untuk mengatasi emosional dengan cara yang lebih sehat. Kontrol emosional ini penting untuk dilakukan guna mencegah dari healing yang mengarah pada kegiatan berbelanja. Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari Doom Spending, yakni dengan beralih melakukan kegiatan yang lebih hemat dan menyehatkan diri yaitu berolahraga atau melakukan hobi yang tidak memerlukan biaya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun