"Selamat pagi, Bu Siti, Pak Budi," sapa Arman dengan senyuman yang tulus.
Keduanya tampak terkejut, tetapi kemudian tersenyum kembali. "Selamat pagi, Arman. Bagaimana kabar Rani?" tanya Bu Siti dengan ramah.
Arman merasa hangat di dalam hatinya. Ia menyadari bahwa ketidakpedulian terhadap pendapat orang lain tidak selalu berarti harus menutup diri sepenuhnya. Terkadang, membuka diri dan memberi kesempatan pada orang lain untuk mengenal kita lebih dalam bisa membawa kebahagiaan yang tak terduga.
Malam itu, saat Arman dan Rani sedang duduk di bengkel, Rani bertanya, "Kak Arman, kenapa Kakak selalu terlihat tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan tentang Kakak?"
Arman terdiam sejenak sebelum menjawab, "Rani, hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Aku lebih memilih fokus pada apa yang aku cintai dan apa yang membuatku bahagia. Jika itu membuat orang lain membenciku, aku tidak takut. Yang penting, aku jujur pada diriku sendiri."
Rani menatap Arman dengan kagum, "Aku ingin seperti Kakak. Tidak takut pada pendapat orang lain dan selalu berbuat baik."
Arman tersenyum dan mengusap kepala Rani, "Yang terpenting adalah menjadi diri sendiri, Rani. Jangan biarkan pendapat orang lain menentukan siapa dirimu."
Sejak hari itu, Arman mulai lebih terbuka kepada tetangganya. Ia tidak lagi khawatir akan dibenci atau disalahpahami, karena ia tahu bahwa kejujuran dan kebaikan hati pada akhirnya akan terlihat oleh mereka yang mau melihat dengan hati.
Di balik ketidakpedulian yang selama ini ia pertahankan, Arman menemukan bahwa menerima dan memberi perhatian kepada orang lain adalah bagian penting dari hidup. Dan dari situ, ia belajar bahwa menjadi diri sendiri adalah hal yang paling berharga, terlepas dari apa yang orang lain pikirkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H