Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Akan Ku Perjuangkan hingga Berhasil

21 Mei 2024   10:04 Diperbarui: 21 Mei 2024   10:21 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber iStock/@FangXiaNuo

Lia, seorang gadis berusia 12 tahun yang bercita-cita menjadi seorang atlet badminton nasional. Sejak kecil ia selalu tertarik untuk menonton pertandingan badminton di televisi, terlebih lagi ketika atlet idolanya bertanding. Sejak kecil Ia tinggal di sebuah desa bersama dengan orang tuanya. Lia bukanlah berasal dari keluarga kaya, ayahnya bekerja sebagai tukang becak dan ibunya sebagai pembantu rumah tangga. 

Meski ia bukan berasal dari keluarga kaya, hal ini tidak mengecilkan motivasinya untuk memperjuangkan cita-cita menjadi seorang atlet badminton. Bahkan, setiap pagi ia selalu berlatih mengayun raketnya dan foot stepnya. Ia selalu berlatih tanpa lelah termasuk untuk meningkatkan stamina dan ketahanan fisik dengan berlari setiap harinya. 

Melihat kegigihan Lia yang luar biasa, orang tuanya pun selalu memberikan dukungan dan semangat untuknya. Dukungan yang diberikan oleh orang tuanya adalah dengan mau mengantarkan Lia ke tempat pelatihannya dan berharap ia menggapai apa yang dicita-citakan. Orang tua nya bersyukur bahwa tempat pelatihannya memberikan kesempatan bagi Lia dapat mendapatkan pelatihan secara gratis, memang pada awalnya orang tua nya memohon kepada pemilik tempat pelatihannya untuk memberikan keringanan bagi mereka tentang biaya. Dengan tulus dan ikhlas pemilik tempat pelatihan itu memberikan tidak segan-segan gratis bagi Lia untuk mendapatkan pelatihan badminton terlebih melihat perjuangan keras dari Lia dan orang tuanya untuk menginginkan agar Lia menjadi seorang atlet badminton terbaik. 

Di tempat pelatihan itu, Lia mendapatkan banyak teman baru. Ia senang sekali memiliki teman-teman yang berjuang sama dengan nya untuk menjadi seorang atlet badminton. Namun, jalan memang tidak selalu mulus bagi Lia. Ia pernah kalah 5 kali berturut-turut pada turnamen badminton, terkadang rasa cemas dan keraguan hadir dalam benak dirinya. Bahkan ia pernah merasa bahwa badminton bukanlah jalan yang baik untuknya. 

Pada suatu hari, pelatih mengumpulkan seluruh anak didik yang berlatih di tempat pelatihan dan mengumumkan bahwa akan diadakan pertandingan yang antar provinsi bulan depan. Dengan penuh semangat dan percaya diri Lia memutuskan untuk berlatih lebih keras daripada sebelumnya, dan ingin membuktikan pada dirinya bahwa ia layak menjadi seorang atlet badminton dan mengusir jauh-jauh keraguan itu dalam pikirannya. 

Di hari pertandingan, Lia tampil dengan penuh semangat dan pantang menyerah. Ia berhasil mengalahkan lawannya satu per satu, hingga ia berhasil mencapai babak final. Di babak final, ia berhadapan dengan lawan yang pernah menjuarai banyak turnamen badminton. Di sana lah ia mulai ditakuti oleh keraguan, bahkan lawannya sempat meremehkan Lia bahwa ia akan kalah olehnya. Ketika Lia sedang termenung orang tuanya datang untuk menyemangatinya dan memberitahu bahwa ia sudah berjuang keras untuk sampai di titik ini, dan orang tuanya mengatakan jangan sampai rasa ragu itu ia dengarkan. 

Lia pun menarik napas dan kembali menenangkan pikiran dan hatinya untuk membulatkan tekad bahwa ia akan menjadi juara dan mengalahkan lawannya.

Pertandingan pun dimulai, poin demi poin antara Lia dan lawannya saling berbalap-balapan. Orang tua dan teman-temannya yang menonton merasa deg degan. Pertandingan berlangsung sengit hingga sampailah di poin penentuan, Lia di atas lapangan itu menatap orang tuanya dan meyakinkan bahwa semua perjuangan dan doa orang tua nya akan ia perjuangkan pada saat ini. Dan tuhan pun menakdirkan kepada Lia bahwa ia lolos menjadi juara pada turnamen antar provinsi tersebut.

Semua penonton bersorak gemuruh akan hasil pertandingan tersebut, sungguh pertandingan yang luar biasa. Orang tua nya sampai meneteskan air mata melihat putri kesayangan mereka berhasil menjadi juara dalam turnamen ini, melihat bahwa ia tidak pernah menjuarai turnamen-turnamen sebelumnya. 

Kemengan Lia dalam turnamen itu membuat beberapa pelatih tingkat nasional untuk merekrut Lia dalam Pelatnas (pemusatan latihan nasional). Ia diundang untuk ikut dalam pelatihan bagi atlet badminton junior nasional untuk mengikuti pelatihan intensif. Lia dan orang tuanya merasa bersyukur sekaligus senang atas kesempatan yang diberikan kepadanya. Dan Lia akan bertekad berjuang keras menggapai cita-citanya dan ia merasa bahwa ia sudah dekat untuk meraih cita-citanya tersebut tidak hanya pada kancah nasional bahkan internasional. Ia akan berusaha untuk mengharumkan nama Indonesia pada olahraga badminton suatu saat nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun