Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa | Writer in Progress | Copy Writer | Like Reading a Book

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Bersyukur di Bulan Ramadhan

1 April 2024   13:40 Diperbarui: 1 April 2024   13:47 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Adara menatap langit senja yang berwarna jingga keemasan. Perutnya keroncongan, pertanda waktu berbuka puasa sudah semakin dekat. Namun, alih-alih bergegas menyiapkan meja makan, Adara justru melangkah ke luar gubuk reyot tempat tinggalnya.

Sudah dua tahun ini Adara hidup sebatang kara. Ayahnya yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia karena sakit. Ibunya menyusul beberapa bulan kemudian, tak kuasa menahan duka. Kini, Adara harus berjuang sendiri menghidupi dirinya.

Hari ini, lauk pau untuk berbuka hanya ada sepiring kecil ikan asin dan segenggam kangkung hasil memetik di kebun milik tetangga. Meski sederhana, Adara tak bisa menahan senyum yang merekah. Bulan Ramadan selalu menjadi bulan yang istimewa baginya.

Adara berjalan menuju langgar kecil di ujung kampung. Di sana, biasanya para tetangga berbagi hidangan untuk berbuka bersama. Rasa laparnya seolah teralihkan oleh semangat kebersamaan yang selalu hadir di bulan suci ini.

Sesampainya di langgar, aroma masakan yang sedap menyeruak. Ada kolak pisang yang menggoda, sayur lodeh yang menguarkan aroma santan, dan ayam goreng yang terlihat begitu menggiurkan. Rasa syukur kembali memenuhi hati Adara.

Saat berbuka bersama, Adara tak hanya mengenyangkan perut, tapi juga batinnya. Ia berbincang dengan para tetangga, saling berbagi cerita dan doa. Pak Umar, tetangganya yang baik hati, bahkan memberinya sedikit uang untuk keperluan sehari-hari.

Sepulang dari langgar, Adara menatap kembali langit malam yang bertabur bintang. Ia teringat pesan mendiang ibunya, "Nak, jangan pernah lupa bersyukur.  Meski hidup terasa sulit, Ramadan selalu membawa berkah tersendiri."

Adara kini mengerti maksud ibunya. Ramadan tak melulu soal mengenyangkan perut, tapi juga tentang keikhlasan, berbagi, dan kehangatan persaudaraan. Meski hidup Adara sederhana, ia belajar untuk bersyukur atas apa yang ia miliki.

Malam semakin larut. Adara mengambil air wudu untuk melaksanakan sholat tarawih. Ia berdoa dengan khusyuk, memohon rezeki yang halal dan barokah. Ia yakin, selama ia bersyukur dan berusaha, Allah SWT akan selalu menolongnya.

Bulan Ramadan mengajarkan Adara arti hidup yang sebenarnya. Hidup tak melulu soal kelimpahan, tapi juga tentang mensyukuri segala nikmat, sekecil apapun itu. Dan di bulan suci inilah, Adara menemukan kekuatan dan kebahagiaan meski dalam kesederhanaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun