Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa | Writer in Progress | Copy Writer | Like Reading a Book

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Genggaman Tangan

7 Februari 2024   14:54 Diperbarui: 7 Februari 2024   15:06 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemercik lampu panggung menerangi sosok Nita yang tengah melenggang anggun di atas catwalk. Gaun berwarna emerald memeluk tubuhnya dengan sempurna, kilauan perhiasan menghiasi leher dan pergelangan tangannya. Senyum profesional terpasang di wajahnya, namun raut kesedihan tersembunyi di balik sorot matanya.

Di tengah tepuk tangan meriah penonton, Nita beradu pandang dengan seseorang di barisan terdepan. Lelaki itu, Reza, tersenyum hangat, matanya penuh kebanggaan. Genggaman tangan mereka yang terjalin erat beberapa jam sebelum acara, seolah masih terasa di jemari Nita.

Nita dan Reza sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, berbagi mimpi dan harapan di bawah langit kampung yang sama. Cinta pun tumbuh perlahan, manis dan sederhana. Namun, takdir memiliki jalan lain. Orang tua Nita menghendaki putrinya menikah dengan pengusaha kaya yang bisa menjamin masa depan Nita.

Baca juga: Bertemu Denganmu

Reza, pemuda sederhana dengan mimpi besar menjadi seniman, tak mampu memenuhi harapan tersebut. Berat hati, Nita harus merelakan cintanya demi memenuhi keinginan orang tua. Reza merelakan Nita dengan harapan Nita bahagia, meski hatinya hancur berkeping-keping.

Nita meraih kesuksesan di dunia modeling. Wajahnya menghiasi papan iklan, namanya disebut sebagai model papan atas. Tapi di tengah gemerlap dunia hiburan, Nita merasa hampa. Kemewahan tak mampu mengisi ruang kosong di hatinya. Bayangan Reza dan genggaman tangan mereka yang hangat terus membayangi Nita.

Usai peragaan busana, Nita bergegas menemui Reza di belakang panggung. Mereka berpelukan, tangis Nita pecah dalam pelukan Reza. Penyesalan menyesakkan dadanya. Dia telah salah memilih jalan, mengorbankan cinta demi bayangan kebahagiaan yang ternyata semu.

Baca juga: Hikmah Terindah

Reza menghapus air mata Nita dengan lembut. "Aku selalu menunggumu, Nita," ujarnya lirih. "Meski kau telah jauh, genggaman tangan kita tak pernah terlepas."

Nita menatap Reza dalam, hatinya mantap. Dia memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia akan mengejar cintanya, meraih kebahagiaan yang sebenarnya.

Nita melepas semua kemewahan yang tak pernah dia inginkan. Dia kembali ke kampung halaman, mendukung Reza meraih mimpinya sebagai seniman. Mereka menikah sederhana, di bawah langit kampung yang sama tempat mereka tumbuh dan jatuh cinta.

Genggaman tangan mereka kembali bertaut, tak lagi erat karena terpaksa, tapi karena cinta yang tulus dan pilihan hati. Di bawah langit senja yang berwarna jingga, Nita dan Reza menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang kemewahan, tapi tentang cinta dan genggaman tangan yang tak pernah terlepas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun