Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jaket yang Terkenang

5 Februari 2024   13:19 Diperbarui: 5 Februari 2024   13:35 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hawa dingin menusuk tulang menembus jendela kamar kos Maya. Ia merinding, mencari-cari sesuatu di lemari pakaiannya. Matanya berbinar saat melihat jaket kulit berwarna cokelat tua tergantung di pojok. Senyum tipis membayang di bibirnya. Bukan sembarang jaket, itu adalah "jaket yang terkenang".

Jaket itu bukan milik Maya. Dulu, jaket itu milik David, teman semasa kuliah yang dicintainya dalam diam. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbincang hingga larut, berbagi mimpi dan cita-cita. David selalu mengenakan jaket kulit coklat itu, aroma khas kulit berpadu dengan parfum mint miliknya menjadi ciri khas David yang dirindukan Maya.

Suatu malam, saat hujan badai melanda kota, David mengantar Maya pulang. Maya lupa membawa payung, David tak segan melepas jaketnya dan memakaikannya kepada Maya. Hangatnya jaket dan kedekatan David membuat Maya berdebar. Namun, takdir berkata lain. Keesokan harinya, David mengalami kecelakaan dan tak bisa diselamatkan.

Jaket itu jadi peninggalan David yang dirawat Maya dengan baik. Saat Maya merasa sedih atau kesepian, ia akan merengkuh jaket itu, menghirup aroma yang tersisa, dan seolah kembali merasakan kehangatan kehadiran David. Jaket itu menjadi pengingat akan mimpi mereka yang tak sempat terwujud, sekaligus penyemangat untuk Maya terus meraih cita-cita.

Kini, Maya sudah sukses menjadi arsitek, cita-cita yang dulu mereka impikan bersama. Saat meraih penghargaan atas desainnya yang inovatif, Maya tak lupa mengenakan jaket yang terkenang. Ia merasakan seolah David ikut bersamanya, bangga atas pencapaiannya.

Hawa dingin tak lagi menjadi masalah. Ada kehangatan lain yang dirasakan Maya, bukan hanya dari jaket kulit itu, tapi juga dari kenangan manis bersamanya. Jaket itu tak akan pernah tergantikan, menjadi pengingat bahwa cinta dan perjuangan takkan pernah lekang oleh waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun