Mohon tunggu...
Rafi Dwi Putra W
Rafi Dwi Putra W Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hai. Perkenalkan nama saya Rafi Dwi Putra W, saya merupakan seorang mahasiswa jurusan Ilmu Politik. Dengan tulisan saya disini semoga dapat memberikan manfaat bagi diri saya sendiri, dan para pembaca. Fokus utama saya menulis yakni yang beterkaitan dengan isu-isu politik sekian, dan terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kelola Tambang atas Dasar Perjuangan Ormas Keagamaan

2 Agustus 2024   10:08 Diperbarui: 2 Agustus 2024   10:12 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut menteri investasi RI yakni, Bahlil Lahaladia dalam sebuah diskusi di sebuah forum bernama "Sekolah Demokrasi" menuturkan bahwasannya kebijakan yang dibuat agar ormas keagamaan dapat mengelola tambang di Indonesia didasarkan pada landasan historis ormas keagaaman semenjak zaman pra-kemerdekaan sampai saat ini. Dengan histori yang panjang tersebut maka, sudah sepatutnya pemerintah memberikan izin usaha pengelolaan (IUP) tambang kepada ormas keagamaan. Kemudian, izin yang diberikan menggunakan jangka waktu selama 5 tahun, jika dalam kurun waktu tersebut lebih banyak kerusakan dibandingkan kebermanfaatannya maka IUP tersebut akan dicabut kembali. Dalam pengelolaanya ormas keagamaan akan menunjuk kontraktor yang memang sudah ahli, dan memiliki pengalaman dalam mengelola lahan tambang yang diberikan tersebut. 

Kemudian menurutnya, daripada dikelola oleh asing lebih baik dikelola oleh anak bangsa dalam hal ini yang tergabung di dalam ormas keagamaan, melalui badan usaha yang dimiliki oleh setiap masing-masing ormas keagamaan tersebut. Tampaknya kebijakan yang dibuat oleh Presiden Jokowi tampak di iyakan oleh para ormas keagamaan terutama Islam dalam hal ini Nadhlatul Ulama, dan Muhammadiyah, serta yang terbaru Remaja Masjid juga sudah bertemu oleh Presiden Jokowi dalam rangka membahas hal tersebut. Padahal yang seperti diketahui ketika menggunakan sejarah sebagai paradigma dalam berfikir untuk membenarkan sebuah kebijakan yang banyak di protes oleh para masyarakat, tampaknya tak elok jika membandingkan hal di masa lampau dengan masa kini. Sebab, selain para aktor yang berbeda  dinamika sosial-politik yang terjadi juga berbeda.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun