Mohon tunggu...
M RafidhanHindani
M RafidhanHindani Mohon Tunggu... Buruh - Istiqomah dijalan Allah

Aktif dan kritis namun tidak anarkis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Romantisnya HMI dengan Pancasila

1 Juni 2020   14:59 Diperbarui: 1 Juni 2020   15:01 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : M Rafidhan Hindani.

HMI merupakan organisasi mahasiswa tertua di Indonesia. Berdiri pada tanggal 5 Februari 1947 HMI lahir sebagai anak kandung umat dan bangsa. Kehadiranya terhadap Negara tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari penumpasan pemberontak PKI Madiun, ikut dalam Agresi Militer dan lain sebagainya. HMI tidak pernah absen dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia. Bahkan Panglima besar Jenderal Sudirman berkata "bahwa HMI adalah Harapan Masyarakat Indonesia."

Berlanjut sampai era tahun 1960-an. HMI kembali terseret dalam pusaran dinamika politik nasional. Dimana PKI kembali hadir dinegeri ini dan kembali membuat situasi negeri ini menjadi kacau. Sampai pada tahun 1965 dalam kongres PKI di senayan, Aidit mengatakan dihadapan puluhan ribu kader PKI dan C-GMI "jika kalian tidak bisa membubarkan HMI maka ganti celana kalian dengan sarung" Demikian Aidit berkata. 

Akhirnya PKI melakukan sebuah Gerakan yang menginginkan adanya pengambilalihan kekuasaan Negara, dengan melakukan pembrontakan G-30S atau Bung Karno menyebutnya adalah GESTOK(Gerakan Satu Oktober). Akhirnya mahasiswa pada saat itu dan tak terkecuali HMI kembali hadir dengan membuat sebuah aliansi mahasiswa yaitu KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Seluruh anggota PKI diamankan oleh Tentara Nasional Indonesia dan tidak lama kemudian presiden soekarno mundur dari posisinya karena desakan mahasiswa yang terus melakukan demonstrasi di era itu.

Rezim berpindah ketangan Presiden Soeharto. Banyak hal-hal yang mulai dirubah pada era orde baru. Diantaranya adanya perampingan partai politik sampai adanya penerapan Asas Tunggal yaitu Pancasila. Maksudnya adalah bahwa semua organisasi yang ada di Indonesia harus menerapkan asasnya adalah pancasisla. Hal ini menjadi sebuah dilematis tersendiri bagi kader HMI.pada akhirnya hal bersejarah itu meletus pada kongres HMI di Padang. 

Di Kongres Padang tersebut HMI pecah menjadi dua yaitu biasa kita kenal dengan nama HMI DIPO dan HMI MPO. hal ini terjadi lantaran HMI yang notabenenya adalah organisasi yang berasaskan islam harus diganti dengan pancasila. Kader yang menerima HMI berasaskan Pancasila disebut kader HMI DIPO sedangkan sisanya kader yang tetap setia pada HMI yang berasaskan islam membentuk sebuah Majelis Penyelamat Organisasi atau biasa kita kenal HMI MPO. Tetapi pada akhirnya setelah rezim Orde Baru runtuh HMI tidak lagi ada dua tetapi kembali satu yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan berasaskan Islam.

Dinamika yang terjadi dimasa-masa yang disebutkan diatas, membuktikan harmonis dan romantisnya hubungan HMI dengan Pancasila. contohnya, Sikap kader HMI menentang PKI adalah wujud keberpihakan HMI terhadap Negara yang jelas sangat pancasilais. Kemudian adanya Asas Tunggal yakni Pancasila yang mengharuskan berjalan dua haluan, membuktikan bahwa sangat romantis tulusnya hubungan HMI dengan Pancasila.tubuhnya rela berdarah bahkan dengan saudara-saudaranya rela bergontok-gontokan demi terciptanya sebuah peradaban dan kemajuan Negara Indonesia dengan terwujudnya keadilan serta kemakmuran umat dan bangsa yang dirdihai allah SWT.

Ini membuktikan bahwa HMI dengan semangat keislamanya sejatinya sudah mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Bahkan kisannya sangat romantis dan penuh perjuangan dan pengorbanan. Maka, diera situasi ini HMI dan Pancasila mendapat tantangan baru. Yakni adanya era globalisasi yang sangat dinamis. 

Jangan sampai hubungan yang begitu romantis itu dapat lenyap. Hal itu dapat terjadi jika komitmen kebangsaan para kadernya hilang Dan rakyat Indonesia  sudah tidak lagi menjadikan pancasila sebagai pedoman dasar negaranya. Maka daripada itu kita sebagai kader HMI harus selalu sadar bahwa kader HMI sejatinya adalah seorang Pancasilais sejati yang amat cinta dengan negaranya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun