Mohon tunggu...
Rafida Hanan
Rafida Hanan Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

INFP/ADHD/LIBRA. Suka buat konten mengenai musik, budaya pop, dan fans.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Beginilah Hidupku yang memiliki ADHD Ketika Aku Usia Dewasa

14 Juni 2024   13:55 Diperbarui: 14 Juni 2024   14:40 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibuku tadi pagi memarahiku karena kebiasaan aku tanpa disadari, aku dianggap seenaknya sama orang tua, padahal aku tidak membantah. Lalu, Ibuku menasehatiku bahwa aku harus mencari duit sendiri, bukan anak kecil lagi, lebih bisa mandiri. Terus beliau membandingkan aku sama orang lain yang sudah banyak penghasilan, menikah dan punya anak (HADEHH SUMPAH QUARTER LIFE CRISIS MEMBUNUHKU).

Ibuku sudah pensiun guru sejak 4 tahun. Kini, aku tinggal di rumah bersama ibu, adik kembar, dan ART aku. Sementara, dua kakakku sudah berkeluarga dan punya rumah tinggal. 

Aku berpikir terima kasih kepada Ibuku yang sudah membuatku menangis. Ketika aku sholat subuh, aku mulai isak air mata seakan ingin meminta pertolongan banyak kepada Allah. Aku berharap ucapan Ibuku bisa mengubah hidupku sekaligus memotivasi aku di masa depan. Aku tahu kesalahan terbesar terjadi dalam hidup adalah diriku sendiri. Meskipun aku berusaha untuk memperbaiki diriku, tapi lama-kelamaan malah balik ke kebiasaaan anehku. Aku bingung gimana nasibku ke depan. Aku punya banyak mimpi, tetapi sering gagal. Beginilah hidup aku seorang ADHD dewasa. 

Sekarang usiaku 28 tahun, tetapi kelakuan seperti umur 13 tahun. Aku mencoba lebih dewasa, harus punya tanggung jawab besar, lebih mandiri, inisiatif dan motivasi di masa depan nanti. Namun sayangnya, kalau boleh jujur, aku sangat benci diriku sendiri. Aku berusaha menjadi orang normal seperti orang lain yang memiliki karir, mapan, sudah menikah, bahkan punya anak. Sempat kepikiran aku ingin cari terapis/psikolog terkait masalah ADHD aku. 

Mimpuku banyak, pengen punya penghasilan sendiri, dapat jodoh terbaik. Idaman aku cari pria yang mapan, tidak main judi, tidak pemabuk, agamanya bagus, tidak tukang selingkuh, pekerja keras, dan setia. Dan juga, aku mencari pria sebagai terapisku. Lalu, aku kepikiran mau menikah di umur 30an.

Aku sudah bosan nganggur terus, sejak awal pandemi.  Aku sudah berjuang membuat CV/resume tapi bingung keahlianku apa. Merasa putus asa waktu aku telurusi di Linkedin, Jobstreet, Glints untuk mencari lamaran tatkala menjadi fresh graduate. Ujung-ujungnya harus memiliki pengalaman minimal 5 tahun, ahli di bidang ABC, berpenampilan menarik, diutamakan lulusan blablabla, sekaligus harus punya sertifikat TOEFL/IELTS kalau jadi guru bahasa inggris. Aku merasa insecure kalau bayangin interview di perusahaan yang bukan sesuai minatku.  Masa bodo mencari lamaran, lebih baik aku menulis di blog dengan tema bebas, terutama pop culture dan kehidupan pribadi. 

Alhamdulillah impianku tercapai sudah melamar menjadi penulis lepas (baca: freelance writer) di perusahaan media yang benar-benar sesuai dengan minatku.  Jujur, aku senang sama pekerjaanku. Tapi ,semakin lama semakin jenuh. Aku bosan kerja di rumah terus. Kepikiran mau pindah yang bisa hybird (WFH & WFO).  Aku pengen bereksplorasi di luar rumah, kayak di kantor, di lapangan, bahkan ke luar kota/negeri untuk mencari sumber berita atau inspirasi. 

Ini sudah 1 tahun menjadi content writer tapi ngebahas salary, jangan deh malu, hehehe. Soalnya, tiap bulan aku dapat revenue dibawah gaji umr. Itulah nasib aku menjadi ADHD. Ketika mencari sumber, bawaannya menunda mulu. Aku kalau menulis artikel tergantung mood-aku, apakah aku sanggup melanjutkan atau tidak. Yang jadi sumber masalah ketika laptopku sudah lemot bertahun-tahun semenjak aku bikin skripsi. Sudah diganti SSD, tapi tetap aja lemot. BTW, aku baru sadar bahwa aku kerja pakai notebook. Impianku mau beli laptop yang bagus multitasking dan performa. 

Aku harus berusaha untuk stop kebiasaan buruk aku, seperti begadang, tidur pagi setelah sholat subuh, scrolling Twitter, Instagram, Tiktok melihat konten yang membuatku buang waktu, nonton video nggak penting di Youtube, dan produktivitasku berkurang. Aku juga stop menghayal atau melihat foto-foto idol favoritku yang sudah disimpat lewat hp atau laptop terus-terusan, karena itu membuatku nggak fokus sama pekerjaanku. 

Aku harus mencoba perbaiki atau menambah resume/CV aku kalau terdapat kesalahan, sama juga portfolio. Setelah aku resign dari pekerja lepas, aku usahakan cari lamaran yang lain sesuai dengan kriteria dan bakatku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun