Disclaimer: Â Cerpen ini tidak bermaksud untuk menyebarkan ideologi LGBTQ, karena ini hanya sebatas hiburan.
Johan dan Andrea adalah teman sejati di SMA. Mereka selalu bersama, berbagi rahasia, dan saling mendukung. Johan adalah seorang laki-laki yang baik hati, atletik, dan tampan. Andrea adalah seorang perempuan yang cantik, ceria, dan berbakat. Mereka memiliki minat yang sama, itu yang membuat mereka menjadi teman akrab. Setiap hari, mereka berjalan bersama di lorong sekolah sambil bercanda. Â Banyak orang-orang yang melihat mereka. Sampai-sampai mereka mengira bahwa Andrea dan Johan itu pacaran. Walaupun begitu, mereka tidak peduli.
Suatu hari, rahasia Andrea terbongkar oleh Rizal, seorang murid yang sekelas dengan mereka. Rizal menemukan foto Andrea saat masih kecil, saat ia masih bernama Andri. Rizal menyebarluaskan foto itu ke seluruh sekolah dan mengumumkan bahwa Andrea adalah seorang banci. Andrea menjadi bulan-bulanan para murid yang tidak toleran. Mejanya dicoret-coret dengan kata-kata ejekan seperti "banci", "penyakit", dan "hina". Andrea juga diketawakan, dilempari, dan dihina oleh teman-temannya.Â
Andrea merasa sangat sedih dan kesepian. Ia hanya berharap Johan bisa membantunya dan menenangkannya. Tetapi, Johan tidak berani membela Andrea. Ia takut ikut dicemooh dan dijauhi oleh teman-temannya. Ia hanya bisa menatap Andrea dengan rasa bersalah dan iba. Ia berhenti sebentar, lalu pergi meninggalkan Andrea. Andrea merasa dikhianati oleh Johan. Ia merasa tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Ia mengejar Johan dengan marah dan sedih. Ia ingin menanyakan mengapa Johan tidak membantunya. Ia ingin mengatakan bahwa Johan adalah satu-satunya temannya. Ia ingin melampiaskan kesedihannya ke Johan, menginginkan teman
Johan berlari menuju stasiun kereta api. Ia ingin pulang secepatnya dan melupakan semua yang terjadi. Ia tidak tahu bahwa Andrea mengejarnya dari belakang. Ia melintasi rel kereta api tanpa memperhatikan lampu merah dan bunyi klakson. Ia berhasil sampai di seberang, tetapi Andrea tidak.Â
Andrea tertabrak oleh kereta api yang melaju kencang. Ia terpental dan tergeletak di tanah dengan tubuh berlumuran darah. Johan menoleh dan melihat Andrea terbujur kaku. Ia terkejut dan menyesal. Ia ingin menolong Andrea, tetapi sudah terlambat. Ia ingin meminta maaf kepada Andrea, tetapi Andrea sudah tidak bisa mendengarnya. Ia ingin mengatakan bahwa ia masih menganggap Andrea sebagai temannya, tetapi Andrea sudah tidak bisa merasakannya.
Sejak hari itu, Johan merasa bersalah. Ia tidak bisa tidur, tidak bisa makan, dan tidak bisa belajar. Ia selalu melihat sosok Andrea di sekolah. Sosok Andrea yang tersenyum, berbicara, dan berjalan seperti biasa. Tetapi, tidak ada yang bisa melihat sosok Andrea selain Johan. Johan merasa gila dan ketakutan.Â
Ia tidak tahu apakah sosok Andrea itu adalah hantu, ilusi, atau halusinasi. Pada suatu hari, sosok Andrea mengajak Johan berdiri di atas lintasan rel kereta api. Ia mengatakan bahwa ia ingin berbicara dan berdamai dengan Johan. Johan tidak bisa menolak. Ia merasa terhipnotis oleh sosok Andrea. Ia mengikuti sosok Andrea ke rel kereta api. Mereka pun mulai berbicara. Mereka berbicara bersama selayaknya mereka masih akrab. Matahari mulai terbenam, dan sinarnya mengenai mereka.
Sore hari sudah menjadi malam. Kereta api datang dengan cepat. Johan tidak menyadarinya, apalagi mendengarnya. Ia hanya melihat mata Andrea yang bersinar. Ia hanya mendengar suara Andrea yang tertawa. Ia hanya merasakan dinginnya malam hari. Kereta api menabrak Johan dengan keras.
Johan terpental dan tergeletak di tanah dengan tubuh berlumuran darah. Sosok Andrea tertawa. Ia mengatakan bahwa ia sebenarnya membenci Johan. Ia mengatakan bahwa ia sengaja menipu Johan untuk mati bersamanya. Ia mengatakan bahwa ia ingin Johan merasakan penderitaan yang ia alami. Ia mengatakan bahwa ia tidak pernah menganggap Johan sebagai temannya. Ia menghilang dengan senyum puas di wajahnya. Hanya tersisa suara jangkrik dari hutan, mobil-mobil yang melintas dan suara ombak dari pantai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H