Mohon tunggu...
Rafi Mohammad Alfadhl
Rafi Mohammad Alfadhl Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung Hobi berimajinasi, menulis dan berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Literasi di Indonesia: Mengapa Tingkat Membaca Rendah dan Bagaimana Mengatasinya?

30 April 2023   20:42 Diperbarui: 30 April 2023   21:16 2099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heran, Kok bisa yaa di negara yang mayoritas pemeluk agamanya mendapatkan perintah "Membaca" (Islam) tetapi malas untuk membaca. 

Wahyu Pertama dalam Agama Islam adalah Perintah membaca [QS al-Alaq [96] : 1-5], Pada saat itu Ketika Rasul Shalallahu alaihi wassalam sedang "berkhalwat" di gua Hira datanglah malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama. "Bacalah, Bacalah, Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan". FYI Menurut Al-Quran [QS. al-A'raf [7]: 157-158], Nabi Muhammad adalah seorang ummi. Para penafsir mengartikannya sebagai tidak pandai membaca dan menulis. jadi saat itu Rasul menjawab "Ma aqra?" (tetapi apa yang harus dibaca?)- pertanyaan itu tidak dijawab oleh malaikat Jibril, karena Allah menghendaki agar beliau dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut "Bismi Rabbika", dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Perintah untuk membaca adalah langsung diturunkan dari Tuhan. Membaca adalah awal mulanya suatu ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keberhasilan manusia.

Berarti, Idealnya kita sebagai Muslim harus senantiasa rajin untuk membaca, baik itu berupa membaca Al-quran, Al-hadits, Kitab kuning(keagamaan), kitab putih(umum), kitab teknologi, kitab ekonomi, kitab politik, kitab bahasa, kitab sains, kitab sosial dan lain sebagainya. 

Tapi, tapi, tapi... Fakta tidak sesuai teori. Di negara yang jumlah penduduk Muslim Terbesar di dunia menurut World Population Review tahun 2021,  banyak penduduk Indonesia yang masih malas untuk membaca. Maka tidak heran ketika data-data yang ada menyebutkan bahwa minat baca di Indonesia sangat Rendah. Fakta pertama, UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Programme for International Student Assessment (PISA) diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). PISA adalah studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama yaitu membaca, matematika dan sains.

Dengan demikian, penulis merasa prihatin bahwa negara kita tercinta yaitu Indonesia menjadi negara yang diketagorikan rendah dalam ranah Literasi, Sungguh sebuah Ironi. Dari data-data yang disuguhkan diatas maka dari hati yang paling dalam penulis sebenarnya ingin merubah kondisi demikian, rasa-rasanya ingin sekali meningkatkan Literasi di Negara ini. Bagaimana caranya? tentu membutuhkan upaya bersama-sama, melibatkan seluruh elemen masyarakat. 

Meningkatkan literasi di Indonesia memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan literasi di Indonesia: 

  1. Meningkatkan akses ke buku dan materi bacaan melalui perpustakaan umum, toko buku, dan media online.

  2. Mendorong budaya membaca dengan memberikan contoh melalui membaca buku dan mengajak orang lain untuk bergabung dalam kegiatan membaca.
  3. Memperbanyak program-program pendidikan dan pelatihan yang mengajarkan keterampilan membaca, menulis, dan berbicara.

  4. Memperbanyak kampanye atau program untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi dan membaca, serta menginspirasi orang-orang untuk membaca dan menulis.
  5. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan literasi dengan memperbanyak kegiatan seperti perpustakaan keliling, klub baca, atau kegiatan lainnya yang mengajak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan literasi.

  6. Melibatkan perusahaan, organisasi, dan lembaga sosial untuk berkontribusi dalam meningkatkan literasi dengan memberikan dukungan finansial, sumbangan buku, dan mengadakan kegiatan literasi yang melibatkan karyawan dan anggota organisasi.

Dengan melakukan upaya-upaya seperti di atas, diharapkan bahwa kesadaran akan pentingnya literasi akan semakin meningkat di masyarakat Indonesia dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kehidupan sosial-ekonomi.

Bandung 30 April 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun