Mohon tunggu...
Muhammad Rafi Akbar
Muhammad Rafi Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghadapi Ancaman Hemorrhagic Septicaemia : Waspadai Gejala Ngorok pada Sapi dan Kerbau

4 Januari 2025   12:40 Diperbarui: 4 Januari 2025   12:35 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sapi dan sumber foto Pribadi 

Masyarakat di Sumatera Selatan belakangan ini terkejut dengan meningkatnya kasus ngorok, atau penyakit hemorrhagic septicaemia (HS), pada hewan ternak, terutama sapi dan kerbau. Peternak khawatir tentang penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida ini karena tingkat kematian yang tinggi dan penyebarannya yang cepat. Hewan yang terinfeksi dapat mati dalam waktu 24 jam setelah gejala pertama muncul.

Munculnya suara mendengkur atau ngorok pada hewan yang terinfeksi karena pembengkakan di leher dan tenggorokan adalah tanda penyakit ngorok. Gejala lain yang dapat dilihat termasuk demam tinggi yang mencapai 40--41 derajat Celcius, penurunan nafsu makan, air liur berlebih, dan masalah bernapas. Jika tidak ditangani segera, kondisi ternak akan memburuk karena pembengkakan di leher sering menyebar ke dada dan bahkan ke kaki depan.

Karena tingkat kesembuhan yang rendah setelah hewan terinfeksi, para ahli kesehatan hewan menekankan pentingnya tindakan pencegahan melalui program vaksinasi rutin. Bakteri penyebab penyakit ini berkembang biak dengan cepat di lingkungan lembab, jadi vaksinasi harus diberikan dua kali setahun, terutama sebelum musim hujan. Peternak juga disarankan untuk menjaga kandang tetap bersih, menyingkirkan hewan sakit dan segera melaporkan ke petugas kesehatan hewan setempat jika mereka menemukan gejala aneh pada hewan mereka.

Peternak bukan satu-satunya orang yang harus menyadari penyakit ngorok, tetapi masyarakat umum yang tinggal di sekitar peternakan juga harus menyadari hal itu. arena penyakit ini memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan pada komunitas peternakan, meskipun tidak menular ke manusia. Ternak yang terinfeksi tidak hanya mengalami kematian, tetapi juga mengalami biaya pengobatan yang mahal dan penurunan produktivitas ternak yang masih hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun