Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Univiversitas 17 Agustus 1945 Surabaya di Desa Kedungpeluk, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo telah menunjukkan kreativitas dan inovasi luar biasa dalam memanfaatkan sumber daya lokal untuk meningkatkan produksi batik cap. Desa Kedungpeluk yang berada di wilayah Lingkar Timur Sidoarjo, tepatnya di Kecamatan Candi, selain terkenal dengan hasil olahan ikan bandeng dan udang, juga merupakan salah satu pengasil batik tulis dan cap dengan motif khas dari Desa Kedungpeluk yaitu ikan bandeng dan udang. " Motif khasnya sini itu ikan bandeng sama udang mba, kan hasil dari desa yang banyak ya ini, jadi selain diolah jadi makanan ya kami jadikan motif khas batik tulis dan cap" ujar salah satu pembuat batik tulis. Saat berada di lapangan, mereka menemukan berbagai tantangan dalam proses produksi batik yang sangat berakar kuat dalam warisan budaya Indonesia.
Salah satu tantangan terbesar dalam produksi batik cap adalah kurangnya peralatan yang efisien. Hal senada juga disampaikan oleh salah satu pelaku UMKM Batik di Desa Kedungpeluk "yakalau alat untuk batik cap-nya kami sudah dapat bantuan dari provinsi mbak, tapi mejanya ini yang belum ada, jadi kami ya belum bisa memanfaatkan bantuan alat itu" ujar Bu Umi. Menghadapi tantangan ini, mahasiswa KKN mengidentifikasi bahwa meja kerja yang tepat dapat membantu mempercepat dan memudahkan proses tersebut. Mereka melihat peluang untuk menggabungkan pengetahuan teknis dan pemahaman mendalam tentang proses batik untuk menciptakan solusi yang inovatif.
Dengan bantuan komunitas setempat, mahasiswa KKN ini telah berhasil merancang dan membangun sebuah meja khusus. Meja ini dirancang dengan memperhatikan kebutuhan spesifik dalam pembuatan batik cap, membuatnya menjadi alat yang sangat efektif dalam proses produksi. Dari pemilihan material hingga desain ergonomis, setiap aspek meja dirancang dengan hati-hati untuk mendukung proses produksi batik cap. Meja untuk batik cap sedikit berbeda dengan meja pada umumnya, disetiap pinggiran meja terdapat tambahan pinggiran dari kayu setinggi 3-5 centimeter. Ukuran mejapun disesuaikan dengan ukuran kain mori (kain untuk batik). Tinggi meja dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang mencap batik dapat bekerja dengan baik dan nyaman.
Hasil kerja keras ini bukan hanya sebuah meja, tetapi sebuah inovasi yang memadukan unsur tradisi dan teknologi. Ini bukanlah sekedar sebuah alat, tetapi sebuah simbol dari bagaimana generasi muda dapat berkontribusi dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya melalui kreativitas dan inovasi.
Kerja sama dan kreativitas mahasiswa KKN ini telah membawa inovasi baru ke industri batik tradisional. Meja khusus mereka tidak hanya memudahkan proses produksi batik cap, tetapi juga membuka peluang untuk peningkatan kualitas dan efisiensi produksi. Dengan ini, mereka membuka jalan untuk lebih banyak inovasi di masa depan.
Inisiatif ini menunjukkan betapa pentingnya kreativitas dan inovasi dalam memanfaatkan sumber daya lokal. Ini juga membuka peluang untuk lebih banyak inovasi dalam industri batik dan mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya Indonesia. Kreativitas dan inovasi seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus berkontribusi dan berinovasi dalam melestarikan dan mengembangkan industri batik Indonesia.
Cerita ini, yang penuh dengan kreativitas dan inovasi, mengajarkan kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita melihat tantangan sebagai peluang. Ini adalah sebuah bukti bahwa kreativitas dan inovasi dapat membantu mengatasi tantangan dan membuka jalan ke arah yang lebih baik.