Politik perempuan adalah salah satu episode pada acara Mata Najwa yang ditayangkan di stasiun televisi swasta Trans 7. Episode ini menarik perhatian ketika Najwa Shihab menyinggung tim sukses Jokowi-Ma'ruf dalam membangun wacana kesetaraan gender. Pada acara ini, Najwa melihat bahwa di Kabinet Presiden Jokowi periode pertama ada banyak perempuan yang menduduki jabatan sebagai menteri. Dengan begitu Presiden Jokowi telah berhasil menerapkan kesetaraan gender di lingkungan pemerintahannya.Â
Namun pada faktanya di Indonesia masih berlaku hukum peran, yaitu ada peran domestik dan peran publik. Yang mana peran domestik selalu diidentikan pada perempuan karena cenderung tidak menghasilkan uang, kekuasaan, dan pengaruh. Sedangkan peran publik yang diidentikkan pada seorang pria cenderung memiliki kekuasaan, menghasilkan uang, dan berpengaruh.
Â
Sebelum jaman kepemimpinan Presiden Jokowi, berdasarkan data yang dimuat oleh Jurnal Legislasi Indonesia, sistem politik di Indonesia masih menunjukkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang dialami perempuan. Partisipasi posisi kekuasaan dan pengambilan keputusan belum terfleksikan dengan baik. Ketidakadilan dan ketidaksetaraan ini, antara lain:
a. Pandangan bahwa politik itu dunianya laki-laki, sehingga perempuan tidak perlu terlibat dalam politik
b. Perempuan hanya pelengkap saja dalam politik, sehingga seringkali ditempatkan pada kedudukan/posisi yang tidak penting.
c. Laki-laki adalah kepala keluarga, sehingga perempuan tidak perlu terlibat pada proses pengambilan keputusan di berbagai tingkatan.
Â
Fakta-fakta diatas merupakan kejadian pada bidang politik saja, ada banyak juga di bidang lainnya. Contohnya pada bidang pendidikan, berdasarkan jurnal literasi milik kementrian sosial. Ketidaksetaraan latar belakang pendidikan paling banyak dialami oleh kaum perempuan. Hal ini bisa dibuktikan dengan indikator kuatitatif yakni angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, dan pilihan bidang studi. Ketidaksetaraan ini dikarenakan banyaknya perempuan yang putus sekolah ketika keuangan keluarga tidak mencukupi dan perempuan harus bertanggung jawab pada pekerjaan rumah tangga. Presepsi-presepsi seperti ini membuat wanita dianggap rendah, tidak bisa menghasilkan uang lebih, dan tidak bisa mengambil keputusan dengan baik.
Â
Saat ini pemerintah Indonesia telah bersepakat untuk mengikuti program Tujuan Pembagunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals yang disingkat SDGs. Program ini bertujuan untuk mendukung pembagunan berkelanjutan yang ada di dunia. Kurang lebih 193 negara hadir pada acara ini yang berlangsung di Markas Besar PBB. Karena Indonesia perlu menyandingi negara-negara maju, kita harus memperjuangkan nilai-nalai yang disoroti pada program ini. Salah satunya adalah mencapai kesetaraan gender yang ada di dalam negara.
Â
Mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan harus turut hadir dan memperjuangkan hak-hak para wanita dan mendukung kesetaraan gender. Tidak hanya dengan berdemo atau membuat slogan-slogan di media sosial saja, mahasiswaa perlu terjun langsung ke masyarakat dan mulai melakukan kesetaraan gender di lingkungan kampus. Ada banyak sekali cara mahasiswa untuk melakukan perubahan pada isu kesetaraan gender.
Â
Pertama, mahasiswa harus sudah mulai terbiasa dengan pria maupun wanita bisa untuk menduduki jabatan dalam organisasi di kampus. Saat ini banyak sekali organisasi-organisasi yang memiliki progam kerja sangat bagus. Dengan banyaknya organisasi ini diharapkan mahasiswi bisa memiliki kedudukan yang sama dengan mahasiswa. Dengan begitu para wanita juga bisa menjadi kepala atau koordinator dari organisasi tersebut.
Â
Kedua, mahasiswa bisa langsung terjun ke masyarakat untuk membagikan ilmu kepada adik-adik perempuan di desa yang tidak bisa bersekolah. Dengan adanya pandemi seperti sekarang banyak sekali anak-anak kecil yang putus sekolah karena kurangnya keuangan orang tua mereka. Dengan adanya agenda-agenda yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk turun ke masyarakat, hal ini bisa meningkatkan kesetaraan gender di bidang pendidikan.
Â
Yang terakhir, mahasiswa bisa melakukan sosialisasi kepada ibu-ibu rumah tangga agar bisa produktif dan tidak diam saja di rumah. Saat ini umkm menjadi sorotan oleh banyak orang karena produknya yang sangat berguna bagi banyak orang. Oleh karena itu, mahasiswa mulai melakukan sosialisasi agar para ibu rumah tangga bisa menghasilkan uang sendiri dan bisa menjadi pemipin atas usaha yang dijalaninya. Dengan begitu stereotip akan wanita tidak bisa menghasilkan uang dan tidak bisa memiliki kekuasaan itu bisa dibantah dan terpatahkan.
Â
Dengan banyak cara-cara yang bisa dilakukan oleh para mahasiswa tersebut, pandangan-pandangan kesetaraan gender akan semakin terbuka. Banyak orang yang merendahkan kaum perempuan dikarenakan tidak ada yang berani untuk mendobrak dan mematahkan stereotip mereka. Oleh karena itu, mahasiswa harus gencar akan isu ini dan harus cepat mengatasi masalah tentang kesetaraan gender yang ada di Indonesia.Â
Jika masalah ini tertangani, semakin cepat kita akan menyandingi negara-negara maju diluar sana dan berhasil melaksanakan program SDGs yang berlansung ini. Selain itu, politik perempuan yang menjadi bahasan awal kita ini bisa terealisasikan dengan benar. Sehingga siapapun laki-laki maupun perempuan bisa memiliki jabatan dan kekuasaan yang sama adilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H