Mohon tunggu...
Rafi Khairani Sanabil
Rafi Khairani Sanabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030077 | UIN Sunan Kalijaga

• JΣPЯΣƬ | @rf.photo13 | Photographer • Campus Ambassador #1 | @leadershubjateng

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manusia Harus Waspada: Karbon dapat Menghancurkan Bumi?

30 Juni 2023   21:05 Diperbarui: 30 Juni 2023   21:07 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by: liputan6.com

CO2 adalah senyawa kimia yang terdiri dari satu atom karbon dan dua atom oksigen. Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Karbon dioksida menjadi komponen penting dalam siklus karbon. CO2 juga merupakan salah satu gas rumah kaca yang berperan dalam menjaga suhu di bumi. CO2 dihasilkan dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, serta juga dihasilkan secara alami oleh proses seperti respirasi tumbuhan dan hewan. CO2 dapat berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia jika konsentrasinya terlalu tinggi. (Anindyadevi Aurellia, 2023)

Karbon dioksida, lazim disebut gas asam arang yang merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan organisme di dunia ini. Udara bersih mengandung kira-kira 0,03% karbon dioksida. Jumlah karbon dioksida ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan kadar oksigen dan nitrogen yang terdapat dalam udara. Dalam keadaan normal air laut mengandung kira-kira 100 ppm karbon dioksida, dan dipergunakan oleh tumbuh-tumbuhan laut terutama fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. (Tjutju Susana, 1988)

Saat ini intensitas perubahan iklim dan dampak negatif yang ditimbulkannya telah menjadi isu global. Salah satu faktor yang signifikan dalam perubahan iklim adalah karbon dioksida (CO2) yang terkandung dalam emisi gas rumah kaca. Karbon dioksida tersebut berkontribusi pada pemanasan global serta pengaburan bumi. Pengaburan bumi yang dimaksud adalah ketika pemanasan global sudah berlebih akan mengakibatkan suhu yang panas, suhu panas tersebut membuat polusi dan kabut. Polusi dan kabut tersebut bisa berasal dari kendaraan bermotor, pabrik, kebakaran dan lain-lain. Pengaburan bumi juka dapat diartikan sebagai bumi yang telah dipenuhi oleh polusi, sehingga panas matahari tidak mampu maksimal dalam menyinari bumi. Kemudian sudah tidak dipungkiri lagi pertumbuhan industri dan aktivitas manusia lainnya telah menyebabkan peningkatan emisi karbon dioksida secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Proses pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam merupakan penyebab utama emisi CO2. Emisi ini menciptakan efek rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global dan perubahan iklim yang tidak stabil.

Salah satu dampak yang signifikan dari emisi karbon adalah pengaburan bumi. Karbon dioksida dan partikel-partikel lain yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat membentuk kabut dan polusi udara yang mengurangi kualitas udara dan jarak pandang. Bumi yang kabur bukan hanya mengganggu pemandangan, tetapi juga memiliki dampak serius pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature memperingatkan bahwa, di dunia yang memanas, demam berdarah dapat menyebar ke AS, ketinggian lebih tinggi di Meksiko tengah, pedalaman Australia dan ke kota-kota pantai besar di Cina timur dan Jepang. (Ani Mardatila, 2020). Artinya jika bumi secara terus-menerus memanas, iklim dan cuacanya yang tak menentu, akan menimbulkan kerusan yang parah, dari segi geografis maupun dari segi individu (manusia)

Pengaburan bumi menyebabkan berkurangnya cahaya matahari yang mencapai permukaan bumi. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terganggu karena kurangnya sinar matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Hal ini berdampak pada produktivitas tanaman dan mengancam keberlanjutan sistem pertanian. Selain itu, kabut juga mengakibatkan penurunan kualitas udara yang dapat menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan hewan. Peningkatan polusi udara juga dapat merusak ekosistem dan menimbulkan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati. Hutan tropis dunia menyusut pada tingkat yang mengejutkan, setara dengan 30 lapangan sepak bola per menit. Sementara sebagian dari kehilangan ini mungkin disebabkan oleh sebab-sebab alami seperti kebakaran hutan, kawasan hutan pada dasarnya ditebang untuk memberi jalan bagi ternak atau produksi pertanian seperti minyak kelapa sawit dan kedelai. (Ani Mardatila, 2020)

Perlu berbagai tingkatan tindakan yang tepat untuk mengatasi pengaburan bumi dan pengurangan emisi karbon. Pemerintah dan lembaga internasional harus menerapkan kebijakan dan peraturan yang ketat terkait emisi karbon. Inisiatif peningkatan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi terbarukan harus didorong secara aktif. Selain itu, pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif emisi karbon harus ditingkatkan. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan beralih ke transportasi publik dan mengurangi konsumsi listrik yang berlebihan adalah beberapa langkah sederhana yang dapat diambil oleh individu dalam mengurangi emisi karbon dioksida.

Selain pengurangan emisi karbon, mitigasi pengaburan bumi juga dapat dilakukan dengan peningkatan tindakan adaptasi. Menggunakan teknologi pemurnian udara dan filter partikel bersih dapat membantu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas udara. Pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan restorasi hutan juga dapat membantu dalam menyerap karbon dan membersihkan udara.

Dalam menghadapi masalah pengaburan bumi, kerjasama internasional juga sangat penting. Negara-negara harus bekerja sama dalam membatasi emisi karbon, berbagi teknologi, serta memberikan bantuan bagi negara-negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Mengadopsi kebijakan yang berfokus pada pengurangan emisi dan pengurangan pengaburan bumi adalah langkah yang diperlukan untuk melindungi bumi dan menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Manusia harus waspada terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh emisi karbon, serta pengaburan bumi yang disebabkannya. Dalam menghadapi krisis iklim, dibutuhkan komitmen bersama dan tindakan segera untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan membersihkan udara. Kesadaran dan tindakan merupakan kunci dalam mengamankan masa depan planet bumi ini untuk generasi yang akan datang. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, bumi akan semakin tercemar, berpolusi dan juga hancur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun