Mohon tunggu...
Muhammad RafiAshidiq
Muhammad RafiAshidiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, prodi Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecemasan dalam Retorika

15 Mei 2024   03:39 Diperbarui: 15 Mei 2024   04:03 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh Dr. Syamsul Yakin dan Muhammad Rafi Ashidiq (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Kecemasan adalah gangguan mental, namun juga merupakan bagian dari kehidupan. Kecemasan ini adalah kondisi yang melekat pada manusia, seperti perasaan tegang, resah, gelisah, takut, dan gugup yang bersifat subjektif.

Kecemasan beretorika adalah demam panggung, yakni ketakutan berbicara di depan umum. Secara psikologis, kecemasan jenis ini adalah hal yang alami dan wajar dialami oleh siapa saja yang tidak siap berbicara di hadapan publik.

Penyebab kecemasan beragam. Pertama, kurangnya latihan yang membuat seseorang tidak terbiasa. Kedua, kurangnya pengetahuan yang mengakibatkan kesulitan mengembangkan kata-kata dan menjawab pertanyaan audiens. Ketiga, kurangnya pengalaman yang terkait dengan jam terbang.

Penyebab kecemasan ini bisa bersifat internal (seperti kurangnya latihan dan pengetahuan) atau eksternal (seperti kurangnya sosialisasi dan interaksi). Kedua penyebab ini dapat diatasi.

Jika diteliti lebih jauh, kecemasan beretorika seringkali disebabkan oleh faktor psikologis, seperti takut dianggap bodoh, kekhawatiran yang tidak beralasan, atau pengalaman buruk saat berbicara di depan umum. Ini dikenal sebagai kecemasan pribadi (trait anxiety).

Namun, kecemasan juga bisa muncul tiba-tiba di atas panggung, seperti kehilangan fokus, tegang, gugup, dan takut. Pemicunya adalah rasa takut gagal dan pikiran negatif. Kecemasan ini dikenal sebagai kecemasan situasional (state anxiety).

Secara keseluruhan, kecemasan adalah proses emosional akibat tekanan dan perasaan tidak mampu mengatasinya. Kecemasan beretorika sering ditanggapi dengan dua cara: fight (melawan) atau flight (melarikan diri). Ciri-ciri orang yang mengalami kecemasan ini antara lain suara parau, serak, terbata-bata, diam lama, dan mengakhiri pidato dengan tiba-tiba. Secara fisik, mereka berkeringat dan jantung berdebar kencang.

Sebenarnya, kecemasan beretorika tidak perlu dihilangkan. Kecemasan penting untuk mempersiapkan diri, mempelajari materi, dan memahami audiens. Jadi, kecemasan ini sebaiknya dikelola dengan persiapan dan latihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun