Mohon tunggu...
Raffi Muhamad Faruq
Raffi Muhamad Faruq Mohon Tunggu... Peternak - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prodi Manajemen Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Bola

Matinya "Percaya Proses" di Indonesia: Mentalitas Instan dalam Perjalanan Sepak Bola

6 Januari 2025   16:24 Diperbarui: 7 Januari 2025   16:50 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Instagram

Ketika diumumkan bahwa Shin Tae Yong, pelatih asal Korea Selatan yang selama ini dipandang sebagai harapan baru bagi sepak bola Indonesia, resmi dipecat, rasa tak percaya dan kecewa segera menyelimuti hati para penggemar. Keputusan itu datang di tengah perjalanan timnas Indonesia yang tengah berjuang di fase ketiga kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Pemecatan pelatih di saat-saat genting seperti ini tidak hanya mengganggu stabilitas tim dan pendukung, tetapi juga menyiratkan gambaran besar yang lebih mendalam tentang mentalitas masyarakat kita: sebuah mentalitas yang lebih mengutamakan hasil instan daripada proses yang panjang.

Shin Tae Yong, dengan segala pendekatannya yang keras dan penuh disiplin, datang ke Indonesia dengan cita-cita besar untuk membawa timnas sepak bola kita melangkah lebih jauh di dunia internasional. Di bawah kepemimpinannya, timnas Indonesia mulai menunjukkan perubahan. Ada perbaikan dalam hal organisasi permainan, ada perubahan gaya bermain yang lebih modern dan lebih taktis. Namun, meskipun kemajuan tersebut tidak selalu terlihat dalam hasil, banyak pengamat yang percaya bahwa perubahan yang lebih fundamental sedang dibangun. Waktu dan kesabaran, itulah yang diperlukan untuk mengubah sebuah tim menjadi lebih kuat. Tetapi apa yang terjadi? Dalam sekejap mata, semuanya berakhir. Pelatih yang belum sempat menyelesaikan misi besarnya, diganti begitu saja.

Keputusan pemecatan yang mendalam ini bukan hanya soal masalah taktik atau kegagalan di lapangan. Ini adalah sebuah potret dari mentalitas yang berkembang dalam masyarakat kita, sebuah mentalitas yang seringkali terperangkap dalam keinginan untuk melihat hasil yang instan, yang seolah-olah merupakan jalan pintas menuju keberhasilan. Sama halnya seperti dalam kehidupan sehari-hari---dari dunia pendidikan hingga dunia politik---kita cenderung mencari cara mudah dan cepat. Di sekolah, anak-anak SD hingga mahasiswa seringkali mencari cara pintas dengan mencontek ketika ujian, di kantor kita sering melihat praktik korupsi dan suap-menyuap yang menjadi jalan tercepat menuju kekayaan-kejayaan, dan dalam dunia sepak bola, kita melihat fenomena ini yang kerap dianggap sebagai solusi instan, tanpa benar-benar memberi ruang bagi pengembangan pemain lokal yang lebih berkelanjutan.

Persis seperti itu, keputusan PSSI untuk mengganti pelatih di tengah jalan adalah pilihan instan yang mengabaikan proses panjang yang harus dilalui untuk membentuk tim nasional yang tangguh. Mengganti pelatih di saat kualifikasi Piala Dunia masih berlangsung hanya menunjukkan satu hal: kita tidak sabar. Kita ingin segala sesuatu terjadi dengan cepat, tanpa memperhitungkan segala tantangan yang harus dihadapi. Memang, dalam sepak bola, hasil adalah segala-galanya. Namun, di balik itu, kita harus menyadari bahwa proses panjang yang penuh ketekunan dan kerja keras adalah yang akan membawa kita ke puncak.

Dalam konteks ini, keinginan untuk mengganti pelatih dan mencari solusi instan hanya akan menambah beban timnas Indonesia. Pelatih baru yang akan datang tidak hanya harus menghadapi tantangan besar untuk menyiapkan tim dalam waktu singkat, tetapi juga harus menyesuaikan diri dengan pemain yang sudah terlatih dalam sistem yang berbeda. Semua itu membutuhkan waktu, dan waktu adalah hal yang tidak bisa dipaksakan dalam dunia olahraga. Apalagi, dengan jadwal pertandingan yang semakin padat, penggantian pelatih akan membuat proses adaptasi jauh lebih sulit.

Selain itu, kita harus mengakui kenyataan bahwa kebijakan naturalisasi pemain, yang sering dijadikan jalan pintas untuk meningkatkan kualitas tim, juga memperlihatkan kelemahan dari pendekatan yang serba cepat. Dengan menggantungkan harapan pada pemain naturalisasi yang berasal dari darah Indonesia-Belanda, misalnya, kita melupakan potensi pemain muda lokal yang sebenarnya memiliki talenta luar biasa. Tentu saja, naturalisasi dapat menjadi solusi jangka pendek, tetapi kita tidak boleh melupakan pentingnya pengembangan pemain muda yang berkarakter dan bermental kuat. Dalam hal ini, PSSI seharusnya memberi perhatian lebih pada pembangunan akademi sepak bola dan memberikan ruang yang lebih besar bagi pemain muda Indonesia untuk berkembang.

Dalam sepak bola, seperti dalam hidup, keberhasilan tidak bisa datang hanya dalam semalam. Semua yang berharga dan tahan lama pasti melalui proses yang panjang dan terkadang penuh perjuangan. Kemenangan bukan hanya soal siapa yang paling cepat, tetapi siapa yang bertahan dalam menghadapi rintangan. Proses adalah guru terbaik, dan tanpa itu, keberhasilan hanya akan menjadi fatamorgana yang sulit dijangkau.

Apakah kita, sebagai bangsa, siap menerima kenyataan ini? Apakah kita siap untuk mendukung tim nasional kita dengan sabar dan penuh keyakinan, tanpa terburu-buru mengharapkan hasil instan? Apakah arti dari Proyek Besar Erick Thohir Ini? Mungkin sudah saatnya kita berhenti mencari jalan pintas, dan mulai menghargai setiap langkah yang dilalui. Jangan biarkan mentalitas instan merusak masa depan sepak bola Indonesia. Jika kita ingin melihat timnas kita mencapai puncak, maka kita harus bersedia untuk memberi waktu, memberi ruang, dan yang terpenting, memberi proses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun