Mohon tunggu...
Raffail Fajar Fitra
Raffail Fajar Fitra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bougainville, Cikal Bakal Negara Miskin Baru di Dunia

15 Januari 2024   21:58 Diperbarui: 22 Januari 2024   10:22 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia akan kembali menyambut negara baru setelah terakhir kali Sudan Selatan memerdekakan diri dari Sudan pada tahun 2011. Bougainville, salah satu daerah otonom di Papua Nugini diekspektasikan akan merdeka pada tahun 2027 mendatang. Hampir 98% masyarakat Bougainville memilih untuk memisahkan diri melalui referendum yang diadakan pada 2019 silam. Selain konflik internal yang telah terjadi sejak lama, masalah ekonomi menjadi salah satu alasan dasar kuatnya keinginan masyarakat Bougainville untuk memisahkan diri dari Papua Nugini. Lantas, bagaimanakah punca konflik yang terjadi di calon negara baru ini?

Konflik berkepanjangan sejak lama antara Papua Nugini dan Bougainville

Sejak kemerdekaan Papua Nugini dari Australia pada tahun 1975, Bougainville menjadi bagian dari negara ini hingga sekarang. Namun, masyarakat Bougainville sejak dulu sudah tidak ingin menjadi bagian dari Papua Nugini. Hal ini dibuktikan dengan referendum yang diadakan oleh masyarakat Bougainville pada 1970 tentang keinginan mereka untuk ikut merdeka bersama Papua Nugini atau bergabung dengan Kepulauan Solomon. Namun, pada akhirnya Bougainville ikut merdeka bersama Papua Nugini. Kemerdekaan ini ini semakin menguatkan keinginan masyarakat Bougainville untuk merdeka sehingga terjadi ledakan-ledakan konflik internal di dalam negeri antara masyarakat Bougainville dan Pemerintah Papua New Guinea

Salah  punca masalah dari konflik ini adalah ditemukannya ladang tembaga dan emas di daerah Panguna, Bougainville. Pemerintah Papua Nugini pun mendirikan pertambangan Bougainville Copper Limited pada tahun 1972. Terjadinya eksploitasi besar-besaran pada lingkungan di Panguna membuat masyarakat Bougainville tidak puas. Lebih parahnya lagi, keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tidak dirasakan oleh masyarakat asli sana. Masyarakat Bougainville hanya mendapatkan 0,5%-1,25% bagian dari total keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan. Sehingga, pada tahun 1988 terjadi perang sipil yang mengakibatkan 15.000 nyawa melayang.

Konflik ini akhirnya selesai pada 2001 dengan ditanda tanganinya Bougainville Peace Agreement. Perjanjian ini menyetujui keinginan masyarakat Bougainville untuk memerdekakan diri jika dirasa waktunya sudah tepat. Akhirnya pada tahun 2027 melalui referendum yang diadakan pada 2019, Bougainville akan merasakan kemerdekaan yang mutlak dari Papua Nugini. Namun, masalah yang sebenarnya bukan hanya ini saja. Ada masalah yang lebih serius yang akan dihadapi oleh Bougainville kedepannya.

Calon negara miskin baru di dunia

Banyak kasus negara baru yang masih berjuang untuk melawan kemiskinan. Contohnya adalah Timor Leste yang merdeka pada 1999 dari Indonesia. Namun, bisa kita lihat bahwa secara ekonomi Timor Leste masih tergolong negara miskin. Hal inilah yang ditakutkan akan terulang kembali terhadap Bougainville. Dalam ilmu ekonomi, salah satu hal yang menentukan bahwa suatu negara itu kaya atau miskin melalui angka PDB dan PDB per kapita. Menurut PNG National Research Institute, PDB per kapita masih sangat kecil yaitu sebesar 1,100 USD. Angka ini akan mendapatkan Bougainville sebagai negara termiskin ke-5 di dunia berdasarkan PDB per kapita. Bougainville juga dinilai belum bisa mandiri dalam mengelola perekonomiannya, karena 85% pendapatan pemerintah Bougainville berasal dari Papua Nugini. Sudah jelas terlihat bahwa Bougainville akan mengalami krisis hebat ketika sepenuhnya merdeka dari Papua Nugini. Bahkan secara logika, Bougainville dikategorikan sebagai negara miskin pasca nantinya daerah ini merdeka.

Pemerintah Bougainville harus mampu menyelesaikan masalah kemiskinan dan kesehatan agar mampu menjadi negara yang mandiri secara ekonomi. Selain itu, SDM yang rendah juga menjadi masalah serius bagi calon negara baru ini. Jika tidak ditangani dengan serius, Bougainville akan menemui kegagalan ekonomi bahkan sebelum mereka sempat merdeka. Apalagi untuk menghindari eksploitasi terhadap pertambagan di Panguna terulang kembali, sudah seharusnya pemerintah Bougainville fokus pada peningkatan kualitas SDM. Kita tunggu kemerdekaan Bougainville dan kiprahnya sebagai negara terbaru di du

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun