Minggu pagi saya terusik dengan sebuah kiriman dari seorang teman di media sosial. Kiriman itu sederhana, hanya sekadar pengumuman pemenang lomba menulis novel yang diadakan oleh sebuah platform baca digital di Indonesia. Akan tetapi, yang bikin saya tergelitik adalah fakta bahwa beberapa judul yang jadi pemenang lomba tersebut membuat saya mengernyitkan dahi.
Coba tengok! Apa yang kalian baca dan pikirkan ketika melihat judul-judul di atas? Saya masih berbaik sangka. Seperti kata pepatah, jangan menilai buku dari cover judulnya saja, saya lantas mengunduh platform digital baca tersebut lalu mulai mencari naskah pemenang. Saya memilih judul 'Menikahi Pembantuku' dalam kategori Romantis/Kampus (Ada yang menulis Romantis/Remaja) sebagai bacaan awal saya. Alasan saya sederhana. Judul-judul di atas yang 'nyeleneh' sering saya saksikan jadi film televisi (ftv) di layar televisi saya. Rasanya seharusnya isinya juga bakal se-cringe itu kan?
Namun saya salah besar. Saya mendapati fakta bahwa cerita yang jadi juara kedua pilihan juri tersebut jauh dari apa yang saya kira. Secara singkat, novel ini bercerita tentang Ana---seorang siswa kelas 3 SMA yang terpaksa jadi pembantu sepasang suami istri yang menikah diam-diam. Selanjutnya, ketika sang istri melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri... Ana dan majikan laki-lakinya....
Ya, kalian bisa tebak apa kelanjutannya. Jika kalian terkejut, jangan dulu. Saya akan berikan kejutan-kejutan lain. Jika ini hanya sekadar 'kisah pelakor' biasa, saya mungkin tak akan seterkejut ini. Cerita-cerita ini, dibumbui oleh adegan-adegan erotis yang bikin bulu kuduk saya merinding! Lain lagi cerita tentang remaja yang melakukan hubungan badan di toilet sekolah.Â
Saya memang sudah lama tidak berkecimpung kembali ke dalam dunia tulis-menulis fiksi, jadi saya tidak tahu banyak. Akan tetapi, selama saya absen tampaknya zaman telah berubah banyak. Dulu, untuk tulisan semacam ini hanya jadi bayang-bayang. Saya tahu cerita dengan genre erotis tersebut ada, namun tidak pernah jadi spotlight sampai diberi penghargaan segala. Sebagai penulis pun, boro-boro menulis demikian. Wong takut kena cekal.