Mohon tunggu...
Bimo Rafandha
Bimo Rafandha Mohon Tunggu... Programmer, Blogger - Blogger. Storyteller.

Pemintal kata di www.bimorafandha.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memadamkan Api yang Tak Semudah Meniup Lilin

17 Mei 2018   15:28 Diperbarui: 17 Mei 2018   15:45 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak ingat pada tahun 2015-2016, Indonesia diguncang bencana asap parah. Saat itu, saya sedang giat-giatnya ke kampus di Inderalaya. Otomatis, kabut asap yang menyesakkan pernapasan jadi makanan sehari-hari dan tidak bisa dihindari. Saat itu saya berpikir, kenapa sih pemerintah tidak cepat tanggap memadamkan api? Belum lagi, tahun ini, perayaan Asian Games digelar di kota Palembang. Bagaimana jika kabut asap itu kembali terjadi?

Namun, anggapan saya berubah ketika minggu lalu saya berkesempatan untuk melihat sendiri proses pemadaman kebakaran hutan dan penanggulangannya.

Dua jam dari Palembang menggunakan Speedboat, akhirnya saya tiba di APP Pulp Sinar Mas. Saya sendiri tidak merasa asing dengan perusahaan ini. Beberapa teman saya bekerja di sini, jadi sedikit demi sedikit saya tahu. Saya kira, di sini hanya ada pabrik-pabrik untuk pembuatan kertas. Nyatanya, kebakaran hutan pun diurus di sini.

Kegiatan saya di sini dimulai ketika Pak Iwan menjelaskan tentang apa dan bagaimana kebakaran hutan yang menimbulkan asap bisa terjadi. Faktanya, hanya sedikit kasus alami kebakaran hutan yang ada selama ini. Selebihnya, ulah manusialah yang memiliki peranan. Kadang, untuk memanfaatkan lahan yang sudah berumput tebal karena tidak digunakan, jalan satu-satunya yaitu membakar lahan. Itulah cara paling mudah, murah, dan efisien.

Selama ini saya kira, peran alam yang amat berpengaruh. Nah, APP Pulp Sinar Mas kemudian mengenalkan 4 pilar Integrated Fire Managenent untuk mengatasinya yaitu pencegahan, persiapan, deteksi dini, dan respon cepat. Untuk pencegahan tersendiri, APP Sinar Mas telah meluncurkan program Desa Makmur Peduli Api. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat untuk pengembangan mata pencaharian sekaligus jadi 'mata=mata' bagi desanya jika terdapat api. Memang belum sepenuhnya berhasil, namun dengan adanya kesadaran seperti ini sudah cukup baik. Banyak hasil yang juga dipamerkan di sana.

Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Selain itu untuk persiapan, ada situation room yang siap memantau titik-titik api di wilayah konsesi. Tak lupa, persiapan Regu Pemadam Kebakaran yang dilatih bersama berbagai instansi guna menghadapi Asian Games tahun ini.

Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Untuk deteksi dini, persiapan alat-alat juga ditambah. Saya lihat, Sinar Mas sangat bersunguh-sungguh sesuai komitmennya No Fire No Haze untuk menyukseskan Asian Games. Ada citra thermal yang disebar, pemantauan dari daerah yang tinggi, serta mendeteksi wilayah ang sering terbakar secara langsung.

Terakhir, kami diajak untuk langsung melihat proses dalam deteksi dini. Regu Pemadam kebakaran dengan apik melakukan simulasi kebakaran hutan dan lahan. Dari sini, semua tampak sistematis. Para Regu Pemadam Kebakaran dengan sigap mematikan api. Di sinilah saya mulai menyadari, saat terjadinya Karhutlah, memadamkannya tak mudah mematikan lilin. Ada prosedur-prosedur yang harus dituruti agar api tidak menyebar. Dan melihatnya langsung, saya patut acungkan jempol.

Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Foto: Bima Rafandha
Saat sore menjelang, kami akhirnya harus pulang. Dalam hati, saya yang mulanya sangsi Asian Games ini Zero Asap tampaknya mulai terkikis. Melihat kesiapan dari berbagai pihak, saya yakin, pesta olahraga terbesar tahun ini akan jadi tonggak sejarah olahraga se-Asia. Tentunya tanpa api dan kbabut asap. Dan Sinar Mas siaga menanggulangi potensi bencana kebakaran hutan dan lahan selama Asian Games.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun