Mohon tunggu...
Aunurrafiq Abdullah
Aunurrafiq Abdullah Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menyukai Proses Hidup dan Selalu Berprasangka Baik Kepada Sang Empunya Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Orang Baik itu Bernama Rakhmat

15 September 2011   20:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saya punya kawan, kebetulan lebaran kemarin, saya berkesempatan bertemu dgn dia setelah sekian lama tidak berjumpa, kawan saya ini, sebut saja namanya Ari, teman sekolah waktu SMA dulu, orangnya periang dan cukup cerdas di sekolah, ini ditandatai dgn prestasi akedemiknya yang tak pernah jauh dari peringkat 1 atau 2.

Tapi kali ini saya tidak ingin bercerita tentang kecerdasan akademik atau segudang prestasi dia lainnya. Justru saya akan bercerita mengenai kakaknya yang bernama Rakhmat. Koq bisa ???

Begini Ceritanya:

Setelah bercerita ngalor ngidul tentang nostalgia masa SMA yang terkadang menimbulkan tawa ataupun rasa malu karena mengingat kejadian masa SMA waktu itu, akhirnya kami bertukar cerita tentang perjalanan hidup kami masing-masing selepas SMA.

Dimulai dgn cerita saya yang mungkin tak ada menarik-menariknya, maklum saja, apa sih yang menarik dari seseorang yang tak bisa melanjutkan kuliah karena persoalan klasik, yaitu biaya yang kemudian menyebabkan saya memilih melakukan pekerjaan apa saja, dari kuli bangunan sampai kuli tinta (jgn salah kuli tinta di sini bukan wartawan atau jurnalis, tapi itu loh orang yang selalu berhubungan dengan tinta, alias paling rajin bikin surat lamaran kerja, tapi ga’ pernah keterima-terima, kasihan bener nasib gue… uhuk…uhuk…)

Lanjut…

Singkat cerita, sampailah ia pada kisahnya yang cukup menyedihkan, yaitu harus merugi ratusan juta rupiah, karena ditipu rekan kerja, seluruh harta yg ia kumpulkan susah payah, ludes dalam waktu singkat, itu pun belum cukup karena ia masih harus terancam kehilangan tempat berteduh, karena pihak Bank akan melelang rumahnya.

Namun rupanya Allah masih berkenan memberikan pertolongannya (setelah katanya ia memohon ampun dan melakukan amal ibadah sebanyak-banyaknya dan berserah diri kepada Allah), walaupun pertolongan tersebut datang di saat-saat genting, karena ia hampir saja frustasi dan putus asa serta sempat melakukan percobaan bunuh diri, apalagi setelah isteri satu-satunya yang ia harapkan dapat memberi support atau dukungan moril kepadanya, ujung-ujungnya juga tidak tahan dan memilih meninggalkan dirinya.

Tentu pembaca sdh bisa menebak, siapa kah dewa penolong tersebut ??? Yap benar sekali, kakaknya lah yang bernama Rakhmat, tentu kita semua beranggapan, adalah hal yang wajar, jika seorang kakak membantu saudaranya yang mengalami kesulitan, tapi ini menjadi lain ceritanya, karena kakaknya tersebut bukan lah termasuk golongan orang yang mampu, terlebih lagi, kalau menengok ke belakang, betapa sering perlakuan buruk dan hinaan yang ia lontarkan kepada kakaknya sewaktu ia masih berjaya.

Pernah suatu ketika, kakaknya yang masih pengangguran waktu itu, hendak meminjam uang untuk anaknya yang sakit, tapi ia tak meminjamkan, bahkan dengan kasar mengatakan, “makanya kalau miskin itu sadar diri, ga usah sakit” Astaghfirullah… sambil meneteskan air mata ia menceritakan kisahnya ini.

Walaupun belum seluruhnya hutang dia lunas, setidaknya ia masih memiliki tempat tinggal dan yang paling membahagiakannya adalah ia dapat berkumpul kembali dengan isteri dan anaknya, itu semua berkat pertolongan kakaknya Rakhmat yang membujuk isterinya dan menalangi pembayaran angsuran kreditnya di bank dengan cara, gaji kakaknya (yang juga tak seberapa), dipotong setiap bulan, sehingga bank tidak jadi menyita rumahnya.

Bahkan di awal-awal kebangkrutannya tersebut, kakaknya lah yang sering membantu, walaupun ala kadarnya, sehingga dapurnya masih dapat mengepul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun