Mohon tunggu...
Aunurrafiq Abdullah
Aunurrafiq Abdullah Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menyukai Proses Hidup dan Selalu Berprasangka Baik Kepada Sang Empunya Kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Cadangan Batu Bara Indonesia Hanya Cukup Untuk 40 Tahun saja

19 Oktober 2011   06:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:46 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Cukup kaget melihat berita Surat Kabar Harian Tribun Kaltim yg terbit kemarin, saat menyapu judul2 di halaman muka, mata saya langsung tertuju pada judul berita di pojok kiri bawah "Umur Batu Bara Indonesia Hanya 40 Tahun lagi" . Pernyataan itu diungkapkan oleh seseorang pakar di bidang batu bara dlm salah satu seminar di Balikpapan. Maunya sich mencuplik berita tersebut, tapi saya urungkan, bukankah peraturan di kompasiana ini, berita copas diharamkan. Sebenarnya saya tdk kaget2 amat, karena persis yg saya perkirakan, kekagetan saya adalah, karena asumsi saya tentang ketersediaan emas hitam ini, terutama di kaltim, mendekati kesamaan dgn seorang pakar batu bara (boleh dong sedikit narsis). Penelitian kecil-kecilan saya bersama teman, beberapa tahun yg lalu, rupanya terbukti skrg...ceritanya, beberapa tahun yg lalu, medio 2003, saat matahari sdh hendak terbenam setelah lelah memancarkan sinarnya seharian penuh, saya berdua teman memanfaatkan momen tsb untuk kongkow2 di Tepian Sungai Mahakam Samarinda,  asyik juga ngobrol sambil menikmati angin sepoi2, ditemani jagung bakar pedas manis plus es teh manis, sambil sesekali melirik cewek manis yg hilir mudik...hehehehe.... Tiba2 teman saya itu nyeletuk, Teman : ces !!! (panggilan setara bro)...coba awak (kamu) lihat ponton yg ngala' (mengangkut) batu bara itu. Saya : apa lang ? (memangnya kenapa) Teman : pernah kah terfikir oleh awak, berepa (berapa) ponton yg lewat setiap hari melalui sungai mahakam ini ??

Saya : hahaha...carang (bicara) apa awak, buat apa awak ngitung ponton batu bara yg lewat, etam (kita) ga ada kepentingan  dgn itu,  punya ame (ibu) awak kah ??? (sambil tertawa) Teman: awak ini (sambil mendorong bahuku)...(hampir saja aku jatuh ke sungai) Saya : endak leh...aku jenaka maha (becanda aja) Teman : aku handek (mau) tau berepa ponton yg lewat tiap hari, supaya etam tau, sampai kapan tontonan gratis ini masih bisa etam telek (lihat). Saya: ahh...awak ini macam pegawai negara...bahagian film rakyat...hahahaha...tapi tegak mana caranya (bagaimana caranya) Teman : etam tulak (berangkat) suboh esok, lalu sampai petang etam duduk di sini, jgn lupa awak bawa pena gasan (buat) nulis, sama rantang ame kau, jgn lupa isi penoh2...hehehe saya : Supaya tak bosan, awak bawa lah kail, gasan mancing jukut (ikan) ! Teman : bereslah...yuk etam mulang (yuk kita pulang),  lah merian beneh, setumat maghrib (sudah sore banget, bentar lagi maghrib) Begitulah ceritanya, singkatnya setelah melakukan "investigasi" dari ba'da shubuh sampai mendekati maghrib, akhirnya kami dapatkan data, ada 20 ponton ukuran seperti foto di atas, yg lalu lalang sepanjang hari melewati sungai mahakam, hasil eksploitasi dari berbagai wilayah di Kaltim, lalu kami coba hitung2 dgn cadangan kaltim yg kami dapatkan dari berburu data di perpustakaan daerah (waktu itu kami belum melek internet, maklum wong ndeso) hehehehe...hasilnya kurang lebih sama dgn pendapat pakar di atas... Saya cuma berfikir, bagaimana nasib Kaltim ke depan, saat skrg saja, batu bara lagi booming di Kaltim, listrik kami di sini masih byar pret, bagaimana nanti, kalau batu baranya sdh habis, bisa2 kaltim akan gelap gulita.. asal kita tau saja, Kaltim hanya menikmati 1 % saja dari hasil batu baranya untuk energi listrik, masyarakat kaltim hanya jadi penonton, persis seperti ulasan teman saya di atas, bahwa kami di sini masih bersyukur karena masih dpt "menikmati tontonan rakyat" gratis, setidaknya untuk 40 tahun ke depan... Berminat menonton film Dokumenter gratis, tentang esploitasi batu bara ??? Datang saja ke Ibu Kota Kalimantan Timur, yaitu Samarinda, lalu duduklah sejenak di pinggiran sungai mahakam, sambil menikmati jagung bakar pedas manis khas kota Tepian, maka dijamin tak sampai 5 menit, filmya sdh tayang...wkwkwkwkwkw.... Salam mirisssssss.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun