[caption id="attachment_343977" align="alignleft" width="164" caption="Juara Catur pelajar Wanita se-Kecamatan Bojong Gede Bogor"][/caption]
Waktu SD saya bukan juara kelas, tidak pernah masuk peringkat 3 besar, paling hebat saya cuma masuk 10 besar, saya kesulitan memahami matematika padahal saya sudah diikutkan les oleh orang tua saya, sampai-sampai nilai matematika di raport saya 5 (lima) di tulis dengan tinta merah, saking takut dimarahi oleh ortu saya, akhirnya angkah 5 dengan tinta merah di raport saya tulis ulang dgn tinta gelap ( ditiban). saya jelas salah mengganti nilai di raport tersebut, tapi apakah saya salah dapat nilai merah di raport?
Tapi setelah saya mengenal Olahraga Catur, sekitar kelas 5 atau 6 SD saya jadi jago matematika, malah di SMP saya selalu masuk 3 besar , pada saat SLTA saya malah masuk jurusan IPA sekaligus menjadi ketua Kelompok Ilmiah Remaja (KIR),
Apakah ada hubungan Matematika dengan Catur? Usia berapakah atau kelas berapa SD Perinsip/ Pedoman matematika bisa diterapkan ? saya juga punya anak SD yang sering kesulitan mengerjakan PR dari gurunya, bukan hanya matematika, pada akhirnya keluarga yg mengerjakan, kakak atau ibunya,
Apakah para guru tidak tahu, kalau PR dan Prakarya bukan siswa tersebut yang mengerjakan , atau guru SD emang pura-pura ngk tahu,
Kasus PR Habibi dapat Nilai 20 dari Gurunya adalah PR buat para Guru SD se-Indonesia, agar peristiwa ini jangan terulang kembali, ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H