Dilantiknya Presiden Indonesia tahun periode 2024-2025, Prabowo Subianto banyak membawa program kerja baru. Salah satunya adalah program makan bergizi gratis yang telah digaungkan uji cobanya per-desember 2024. Program makan bergizi gratis ini digadang-gadang akan menjadi salah satu cara menekan kasus stunting di Indonesia. Program ini bertujuan untuk memberikan akses makanan bergizi kepada anak-anak di sekolah-sekolah yang berada di daerah dengan tingkat stunting yang tinggi, serta memastikan bahwa mereka mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Masyarakat Indonesia banyak menunggu bagaimana keefektifitasan program makan bergizi gratis ini.
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang akibat pemberian makanan yang tidak memenuhi kebutuhan gizi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting menjadi permasalahan serius karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Pencegahan stunting harus dilakukan dari masa kehamilan ibu, khususnya sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan edukasi kepada ibu tentang sikap dan perilaku dalam mencegah stunting, kesehatan dan gizi melalui suplai nutrisi, serta pemahaman pola asuh yang baik.
Baru berjalan bebrapa bulan, program makan bergizi gratis tuai beragam komentar pada platform sosial media. Banyak warga mempertanyakan ulang efektivitas program makan bergizi gratis setelah melihat postingan pada laman Instagram yang memuat foto menu makan bergizi gratis yang serba minimal. Sudah rahasia umum bahwa makan bergizi gratis ini nantinya menyasar pada anak-anak aktif sekolah dalam rangka menekan angka stunting di Indonesia. Stunting harus diatasi segera pada usia 1000 hari terakhir untuk memastikan perlakuan tersebut berefek baik pada balita, jika sasarannya anak sekolah dasar yang umurnya sudah melebihi 2 tahun adalah suatu hal yang kurang tepat. Dengan begitu, apakah benar makan bergizi gratis yang sudah dilaksanakan ini benar-benar memberikan dampak positif untuk menekan angka stunting?
Ditinjau dari segi ekonomi, program makan bergizi gratis sudah menggelontorkan banyak dana. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan menu yang didapatkan, hal ini juga diperburuk dengan banyaknya sumber saya manusia yang dituju. Dana yang dianggarkan untuk satu piring makan bergizi gratis adalah sebesar Rp. 10.000,-/porsi. Pada zaman yang serba mahal, hal ini menjadi hambatan untuk memperoleh makanan 4 sehat 5 sempurna yang sebenarnya efektif untuk perbaikan gizi. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi mendalam dan beberapa pertimbangan terkait masalah ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa memang makan bergizi gratis secara kasat mata memberikan pengaruh positif bagi sasaran, sebagai contoh terpenuhinya gizi anak, juga akan membawa dampak positif untuk ranah pendidikan yang akan di tempuh oleh anak yang sedang dalam masa pendidikan, hal ini disebabkan oleh performa belajar anak yang meningkat yang disebabkan oleh terpenuhinya gizi tersebut. Namun, dampak negative akan selalu ada yakni terkait permasalahan pola Kesehatan. Program makan bergizi gratis ini berjalan tidak beriringan dengan edukasi kepada Masyarakat terkait pentingnya makanan bergizi. Masyarakat cenderung bersikap pasif terhadap program ini, mereka hanya menerima apa yang diberi tanpa memahami fungsi dari program ini. Dengan demikian, semakin lama Masyarakat akan acuh terhadap gizi anak karena sudah diatur oleh pemerintah mellaui program makan bergizi gratis ini, yang pada kenyataannya belum benar benar berpengaruh dalam perbaikan gizi anak. Oleh karena itu pemerintah harus juga memberikan edukasi mengenai kandungan gizi dalam setiap makanan yang masyarakat konsumsi, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan terhadap kandungan gizi yang diperlukan bagi anak.
Program terbaru makan bergizi gratis ini dinilai belum mendekati capaian indicator keberhasilan, yaitu mengurangi angka stunting di Indonesia. Program makan bergizi gratis ini dinilai buru-buru karena memiliki beberapa elemen-elemen yang harus ditinjau ulang, seperti efeknya dalam jangka panjang maupun pendek, meninjau dari sisi ekonomi, serta ditinjau dari segi pola kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kelanjutan program ini perlu adanya elemen pendukung lain yang saling berkolaborasi baik itu dari pemerintah, lembaga kesehatan, dan tentu saja Masyarakat itu sendiri untuk melakukan perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dengan demikian indikator keberhasilam program terbaru makan bergizi gratis akan tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H