Mohon tunggu...
Rafa Zahira
Rafa Zahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa angkatan tahun 2024 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtulloh, berada dalam fakultas sains dan teknologi di prodi Sistem Informasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masa Industri 4.0 yang Membuat Mahasiswa Melupakan Kultur Islam

10 Oktober 2024   04:41 Diperbarui: 10 Oktober 2024   04:41 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Revolusi Industri 4.0 adalah era baru yang diwarnai dengan kemajuan pesat teknologi dan otomatisasi di berbagai aspek kehidupan, mulai dari bisnis sampai interaksi sosial. Dikenal juga dengan AI, Internet of Things dan big data telah mengubah pola hidup, cara kerja, dan berinteraksi manusia. Sebagai generasi penerus bangsa, pelajar memiliki risiko untuk direalisasikan sebagai entitas yang berdamai dengan metamorfosis ini. Sepanjang apa yang dilakukan, terkait, demikian, pertanyaannya adalah apakah pelajar dapat melakukan pekerjaan budaya pertama. Inovasi yang luar biasa ini menyebabkan pelbagai masalah bagi mahasiswa, tergantung dari cara mereka memelihara ekspresi Islami identitas mereka di era revolusi.

1. Ketergantungan pada Teknologi dan Lupa Akan Nilai-Nilai Spiritual

Secara umum, salah satu dampak terbesar era Industri 4.0 pada manusia adalah membuat mahasiswa semakin ketergantungan dengan teknologi. Dalam keseharian, banyak mahasiswa yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar komputer atau hape untuk belajar, bekerja, maupun bersosialisasi. Karena semuanya menjadi instan, manusia akan lebih memilih solusi praktis ketimbang merenung secara mendalam atas masalah atau tindakannya. Perhatian manusia terhadap aspek spiritualitas dan budaya Islam seperti shalat, mengaji, renungan, dan sering kegiatan menjadi lebih ditinggalkan dan diganti dengan kegiatan yang materialistis.

2. Gaya Hidup Konsumtif dan Individualistis

Industri 4.0 juga telah memperkenalkan pola hidup yang cenderung konsumtif dan individualistis. Berbagai platform digital seperti e-commerce dan media sosial mendorong mahasiswa untuk lebih fokus pada kepemilikan material dan pengakuan sosial. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam karena Muslim diajarkan untuk hidup sederhana, saling tolong-memalukan, dan memperkuat ukhuwah. Mahasiswa yang terlalu terlibat dalam mencapai prestasi akademis, karier, atau popularitas di media sosial dapat dengan mudah lupa jika dia seorang Muslim dan memiliki tanggung jawab sosial dan spiritual.

3. Minimnya Interaksi Sosial yang Bermakna

Meskipun teknologi memungkinkan manusia untuk tetap terhubung satu sama lain melalui berbagai platform digital, namun interaksi yang terjadi seringkali bersifat dangkal dan kurang bermakna. Interaksi sosial yang dilakukan secara virtual cenderung mengurangi kesempatan untuk berkomunikasi secara tatap muka yang lebih mendalam. Dalam kultur Islam, hubungan antarmanusia sangat penting, terutama dalam memperkuat ikatan ukhuwah, berdiskusi tentang ajaran agama, serta saling mengingatkan dalam kebaikan. Mahasiswa yang terjebak dalam interaksi online mungkin tidak mendapatkan kesempatan untuk menjalankan praktik-praktik Islam seperti silaturahmi atau berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan bersama.

4. Tantangan dalam Mengintegrasikan Nilai Islam dengan Kemajuan Teknologi

Banyak mahasiswa merasa kesulitan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan tuntutan kemajuan teknologi. Di satu sisi, mereka diharuskan untuk menguasai teknologi agar tetap relevan di era modern. Namun, di sisi lain, mereka sering kali bingung bagaimana cara menjalankan ajaran Islam dengan tetap memanfaatkan teknologi secara bijak. Sebagai contoh, dalam hal etika penggunaan teknologi, banyak mahasiswa yang tidak menyadari pentingnya menjaga adab Islam dalam berkomunikasi di dunia digital, atau bagaimana teknologi bisa digunakan sebagai alat untuk menyebarkan kebaikan, bukan hanya sebagai sarana hiburan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun