Industri film di Indonesia terus berkembang. Tidak hanya profesional yang berkecimpung dalam dunia perfilman, tetapi juga mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu program studi yang ikut berperan dalam bidang perfilman adalah Program Studi Film dan Televisi (PSTF) Universitas Jember (UNEJ). Mahasiswa Prodi PSTF UNEJ memiliki kesempatan untuk menghasilkan karya film sebagai bagian dari proses pembelajaran. Namun, analisis terhadap karya-karya yang dihasilkan menunjukkan bahwa film fiksi mendominasi film-film yang diproduksi, sementara film dokumenter tergolong jarang dan film animasi tergolong langka.
Dominasi Film fiksi dalam Film Mahasiswa PSTF UNEJ
Dalam beberapa tahun terakhir, film yang dibuat oleh mahasiswa Program Studi PSTF UNEJ lebih banyak memproduksi film fiksi. Hal ini bisa dilihat dari berbagai karya yang telah dipublikasikan baik di ajang festival film local maupun proyek tugas akhir mahasiswa. Film fiksi  dengan genre drama dipilih karena dianggap lebih mudah diolah, lebih mudah diterima oleh audiens, dan tidak memerlukan efek khusus yang rumit. Di samping itu, tema drama memberi kesempatan yang lebih besar bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan, karakter, serta hubungan antar tokoh.
Selain faktor teknis, tema drama juga dianggap lebih relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari, sehingga lebih mudah bagi mahasiswa untuk menggali ide-ide cerita yang dekat dengan realitas. Film-film dengan tema drama ini juga bisa menciptakan dampak emosional yang mendalam pada para penonton. Hal ini merupakan tujuan yang sangat diharapkan oleh para pembuat film, terutama bagi para mahasiswa yang sedang belajar untuk menyampaikan pesan dan emosi melalui medium film.
Tantangan Membuat Animasi
Meskipun film fiksi dengan tema drama sering kali mendominasi dalam produksi film mahasiswa pada Program Studi Produksi Film dan Televisi (PSTF) Universitas Jember, film animasi tetap menjadi salah satu jenis proyek yang jarang diangkat, meskipun memiliki potensi besar. Hal ini dapat dipahami melalui berbagai tantangan yang mendasari, salah satunya adalah kurangnya penguasaan keterampilan teknis dalam produksi animasi, yang masih terbatas di kalangan mahasiswa. Tidak hanya dari segi kemampuan individu, tetapi juga dari aspek fasilitas pendukung, seperti perangkat lunak dan perangkat keras yang sering kali tidak memadai, yang menjadikan produksi animasi sebagai sebuah usaha yang lebih kompleks dan menuntut sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan produksi film live-action.
Untuk dapat membuat atau memproduksi animasi beberapa hal yang diperhatikan lebih banyak diperhatikan dalam segi peralatan atau sumberdaya nya, karena mau sejago atau se terampil apapun sesorang pasti selalu kesulitan jika dihadapkan dengan perangkat atau sumberdaya yang minim, Adapun bagi seseorang yang sudah memiliki peralatan atau sumberdaya yang mumpuni masih bisa belajar dengan sumberdaya yang ada. Disisi lain kebanyakan orang akan bingung Ketika memulai belajar cara membuat animasi dikarenakan banyaknya software untuk membuat animasi, diantaranya ada Blender 3D, unreal engine, Adobe After effect, adobe premiere, autodesk maya, dan banyak lagi. Namun ketika seseorang telah mencoba untuk belajar dan memeproleh hasil yang memuaskan mereka seringkali ingin mempelajari dan mengeksplor lebih banyak hal baru, sehingga bisa menciptakan banyak inovasi atau ide-ide baru
Pembelajaran dan Pengalaman dalam Produksi Film
Keterbatasan dalam membuat film animasi justru menjadi pelajaran yang berharga bagi mahasiswa Prodi PSTF UNEJ. Menurut website resmi PSTF Universitas Jember, karya-karya film dari prodi PSTF baru memiliki 1 film animasi , yang dimana ini bisa jadi peluang bagi mahasiswa untuk menunjukkan kreatifitas dalam berkarya dengan memproduksi karya animasi yang mana peluang ini dapat meningkatkan value daripada mahasiswa prodi Film dan Televisi Universitas Jember serta dapat memicu semangat para generasi selanjutnya untuk berkarya dengan inovasi lain.
Selain itu, pengajaran tentang sinematografi, penyuntingan, serta penciptaan efek visual yang tidak terbatas pada genre dan jenis film tertentu terutama animasi juga memberi mahasiswa kesempatan untuk berkembang. Untuk film horor, misalnya, meskipun tema horror juga jarang diangkat, para mahasiswa tetap diajarkan teknik-teknik yang berguna jika suatu saat mereka ingin mencoba genre tersebut. Mereka diajarkan bagaimana memanfaatkan pencahayaan dramatis, efek suara, serta penggunaan kamera untuk menciptakan rasa takut yang efektif meskipun dengan keterbatasan sumber daya.
Potensi dan Harapan ke Depan