Mohon tunggu...
Ekel Sadsuitubun
Ekel Sadsuitubun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado dan Politeknik Negeri Ambon

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penolakan terhadap Pandangan Antroposentrisme

22 Mei 2023   07:01 Diperbarui: 22 Mei 2023   08:58 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penolakan terhadap Pandangan Antroposentrisme

(Mikael Ekel Sadsuitubun-Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado)

         Melihat apa yang menjadi penekanan dari pandangan antroposentrisme dan juga konsekuensi dari pandangan tersebut maka menjadi sebuah keharusan untuk menolak pandangan antroposentrisme. Penolakan ini bukanlah tanpa alasan. Alasan yang mendasar yang membuat sehingga antroposentrisme harus ditolak adalah perlindungan terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain, menolak pandangan antroposentrisme semata-mata demi pelestarian lingkungan hidup. Pandangan antroposentrisme sudah jelas menyebabkan pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan hidup. 

Dengan kata lain, pihak yang berpegang pada cara pandang antroposentrisme telah menyebabkan krisis lingkungan hidup. Oleh karena itu, lingkungan hidup mesti dilindungi. Dengan melindungi lingkungan hidup maka kelangsungan hidup seluruh isi alam ciptaan - bukan hanya manusia - akan terjamin.  Cara pandang antorosentrisme mesti ditolak karena tiga alasan yang mendasar sebagaimana yang diutarakan oleh Sonny Keraf:

        Pertama, manusia hanya dipahami sebagai makhluk social (social animale), yang eksistensi dan identitasnya ditentukan oleh komunitas sosialnya...kedua, etika hanya berlaku bagi manusia. Sehingga, yang disebut sebagai norma dan nilai moral keberlakuannya hanya pada manusia. Dalam paham ini, hanya manusia yang merupakan pelaku moral, yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk bertindak secara moral berdasarkan akal budi dan kehendak bebasnya. Artinya bahwa etika tidak berlaku bagi makhluk lain selain manusia...ketiga, kesalahan cara pandang antroposentrisme tersebut diperkuat lagi dengan adanya paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang sangat Cartesian dengan ciri utama mekanistis-reduksionistis.

           Singkatnya antroposentrisme harus ditolak karena hanya melihat manusia sebagai makhluk sosial dan bukan sebagai makhluk ekologis yang terkait erat dengan lingkungan hidup.  Antoroposentrisme mengabaikan fakta bahwa alam ikut menentukan identitas manusia dan turut berperan dalam kelangsungan hidup manusia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun