Mohon tunggu...
Ekel Sadsuitubun
Ekel Sadsuitubun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado dan Politeknik Negeri Ambon

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Karakteristik Filsafat India

21 April 2023   07:23 Diperbarui: 21 April 2023   07:25 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Karakteristik Filsafat India

(Mikael Ekel Sadsuitubun-Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado)

Filsafat India dikenal sebagai filsafat yang memiliki kompleksitas pemikiran. Adanya pelbagai aliran filsafat adalah bukti nyata akan kompleksitas pemikiran itu. Karena itu agak sulit merumuskan apa yang menjadi karakteristik atau corak-khas Filsafat India. Kendati demikian, menurut Radhakrishnan dan Moore, umumnya disepakati bahwa filsafat India memiliki tujuh karakteristik (Radhakrishnan and Moore, A Source Book In Indian Philosophy, 1957; xxii-xxvii):

Pertama, pada umumnya filsafat India berfokus pada yang spiritual. Filsafat India memahami manusia sebagai pribadi yang spiritual. Karena itu, ia tertarik secara istimewa pada dimensi spiritualnya dan secara erat menghubungkannya dengan alam semesta yang juga bersifat spiritual.  Dalam konteks ini agama dan filsafat punya kaitan yang erat sekali. Karena filsafat dipandang sebagai sebuah petualangan spiritual. Keduanya berfokus pada arah yang sama, yakni keselamatan manusia dalam relasinya dengan alam semesta.

Kedua, keyakinan akan relasi yang erat antara filsafat dan kehidupan. Tendensi atau sikap menerapkan filsafat untuk hidup ini ditemukan dalam seluruh aliran filsafat India. Bagi filsafat India, ada kaitan erat antar teori dan praktik, ajaran dan hidup. Pengetahuan atau kebenaran dicari dan dipelajari tidak semata-mata untuk pengembangan pengetahuan itu sendiri, tetapi untuk pengembangan hidup. Pengetahuan dipelajari dan diperoleh agar memecahkan persoalan dalam hidup manusia. Dengan kata lain, adalah tidak cukup kebenaran itu diketahui. Kebenaran itu justru harus dihidupi. Tujuannya, agar manusia tidak saja mengetahui kebenaran yang tertinggi, tetapi agar manusia menyadarinya atau menjadi satu dengannya.

Ketiga, sikap introspeksi diri dan pendekatan introspeksi terhadap realitas. Filsafat dalam paham filsafat India adalah pengetahuan tentang diri. Filsafat bisa berawal entah dengan dunia luar, pun dunia internal manusia atau diri manusia. Dalam upaya pencarian kebenaran, filsafat India dominan menaruh perhatian kepada hidup batin dan pribadi manusia daripada dunia luar. Dimensi subyektivitas lantas lebih ditekankan ketimbang aspek obyektivitas. Tak heran studi atas psikologi dan etika lebih dipentingkan dibanding ilmu pengetahuan alam atau eksakta.

Keempat, bersifat idealistik. Tendensinya ialah ke arah monistik -- idealistik. Hampir semua filsafat India meyakini bahwa realitas itu sesungguhnya satu dan bersifat spiritual. Demikian ada kecenderungan untuk menafsirkan hidup dan realitas dalam cara monistik-idealistik.

Kelima, rasio digunakan secara memadai, tetapi intuisi diterima sebagai satu-satunya metode yang melaluinya hal-hal fundamental dapat dikenal. Maksudnya, pengetahuan intelektual atau kekuatan rasio itu sangat berguna, tetapi tidaklah cukup. Untuk mengetahui realitas yang sesungguhnya seseorang harus memiliki pengalaman aktual dan langsung akan itu. Dengan kata lain, orang harus menyadarinya atau menjadi satu dengan realitas itu. Singkatnya, bagi filsafat India, rasio dapat menunjukkan kebenaran, tetapi tidak dapat mencapai kebenaran.

Keenam, penerimaan akan otoritas. Para filsuf India selalu sadar akan tradisi. Karena itu mereka selalu memposisikan diri sebagai komentator yang bertugas menjelaskan kebajikan tradisional masa lampau. Di sini interpretasi dapat saja berubah, tetapi semangat dan karakter umum dan konsep dasar tetap tinggal sama dari zaman ke zaman.

Ketujuh, filsafat India dicirikhaskan oleh pendekatan sintetis terhadap keragaman pengalaman realitas. Maksudnya kepelbagaian pengalaman dan realitas dipandang bukan sebagai perbedaan yang saling menidak, melainkan kekayaan yang saling melengkapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun