Mohon tunggu...
Ekel Sadsuitubun
Ekel Sadsuitubun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado dan Politeknik Negeri Ambon

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup Sesuai dengan Tao

19 April 2023   07:57 Diperbarui: 19 April 2023   08:02 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hidup Sesuai dengan Tao"

(Hidup yang penuh ditemukan dalam Keharmonisan dan keseimbangan)

(Mikael Ekel Sadsuitubun-Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado)


            Setelah, saya membaca buku Tao Te Ching Lao Tzu bab 1 -- 20. Saya merasa tertarik dengan kutipan dari buku Tao Te Ching Lao Tzu pada bab 2 yang bertemakan "Hidup sesuai dengan Tao". Ada pun kutipan yang menarik dari buku Tao Te Ching Lao Tzu pada bab 2 tersebut berbunyi yakni;

Di dunia ini, ketika orang melihat beberapa hal indah, hal-hal lain menjadi jelek. Ketika orang lain melihat beberapa hal baik, hal-hal lain menjadi buruk. Ada dan tiada saling menciptakan. Sulit dan mudah saling mendukung. Panjang dan pendek saling menetapkan. Sebelum dan sesudah saling menyusul.[1]

            Kutipan di atas, apa bila coba dicermati dan dimengerti secara mendalam nampaknya        menyiratkan dan memunculkan banyak makna dan arti yang sungguh mendalam serta luar biasa. Adapun yang paling menarik dari kutipan tersebut, yakni bahwa setiap ayat dari kutipan tersebut selalu dibicarakan secara berkaitan satu dengan yang lain, tanpa bisa dipisahkan. Semua isi kutipan tersebut napak dibuat dan diciptakan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. Sehingga dengan demikan jelaslah apabila adanya unsur yang satu, yang disebutkan dan dijelaskan dalam kutiapan tersebut menyempurnakan dan menjelaskan juga unsur yang lain. Singkatnya dapat dimengerti bahwa setiap ayat dalam kutipan tersebut sesungguhnya ingin menjelaskan bahwa "unsur yang satu" ada untuk adanya "unsur yang lain". Tanpa adanya unsur yang satu maka unsur yang lain pun tidak akan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik. Bahkan mungkin akan tidak berarti dan bermakna.

            Itulah sebabnya dapatlah dipahami apabila orang bijak Tao sesungguhnya telah lama mengenali sifat relatif dunia. Menurutnya nilai hanya memiliki arti jika saling dibandingkan. Misalnya, suatu tugas hanya bisa "mudah" jika kita membandingkannya dengan tugas lain yang lebih sulit. Jika tidak ada yang lain untuk membandingkannya, tugas tidak dapat dinilai dalam hal kesulitan. Begitu pula halnya dalam segala hal di dunia ini misal, Laki-laki menjadi berarti jika adanya perempuan, kehidupan menjadi berarti jika adanya kematian. Selain itu sebuah objek dikatakan "panjang" jika kita membandingkannya dengan objek serupa lainnya yang lebih pendek. Jadi, setiap hal perlu dibandingkan agar ia dapat bernilai dan berarti dalam semseta ini. Karena itu tidak heran apabila masing-masing setengah dari dualitas tidak dapat eksis tanpa yang lain. Sebuah konsep deskriptif menciptakan kebalikannya sendiri. Konsep relatif ini berlaku untuk segala sesuatu, bahkan yang baik dan yang jahat.

            Lalu apabila demikian. Maka, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dengan kebaikan dan kejahatan mutlak? Apakah mereka ada di Tao? Sementara kita pasti dapat menemukan yang absolut dalam teori abstrak, di dunia nyata mereka jarang, jika pernah, ada. Misalnya, tidak ada logam yang benar-benar bebas dari kotoran/karat. Faktanya, hampir tidak ada sesuatu di alam yang benar-benar murni. Kita bisa mendekati 100 persen kemurnian tetapi tidak pernah cukup mencapai keadaan absolut itu. Hal ini sama dengan manusia. Kebaikan dan kejahatan mutlak ada sebagai konsep, tetapi kita tidak akan pernah menemukannya dalam diri manusia. Kita semua adalah campuran dari berbagai proporsi. Tidak ada kita adalah satu hal.[2] jadi secara umum, positif dan negatif, ada dan tidak ada, menyenangkan dan tidak menyenangkan, baik dan buruk, dan banyak kualitas-kualitas lainnya lagi, mereka muncul dari sudut pandang individu. Mereka tidak muncul di jalan dan Kebajikannya.[3] Karena itu hidup sesuai Tao diartikan sebagai hidup dalam suatu harmoni (keseimbangan) yang terbentuk karena adanya unsur-unsur yang saling dibandingkan dan saling melengkapi di alam semesta ini.               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun