Mohon tunggu...
Rafael Darian Kapuangan
Rafael Darian Kapuangan Mohon Tunggu... Lainnya - siswa

suka kucing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menempa Karakter dan Intelektualitas: Pengalaman Berharga Bersekolah di Kolese Kanisius

17 September 2024   15:30 Diperbarui: 17 September 2024   22:08 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kanisius. Setiap sekolah berbeda-beda, tetapi pendidikan yang baik dan lengkap harus mengembangkan pribadi dan mengasah kompetensi siswa, yaitu minat, bakat, dan kreativitas mereka. Berkat itu, individu bisa dibekali untuk membuat jejak mereka di dunia ini.

Kolese Kanisius adalah sebuah sekolah Jesuit yang telah berdiri sejak tahun 1927. Pada awalnya, sekolah ini dikenal dengan nama Algemene Middelbare School (AMS). Seiring berjalannya waktu, Kolese Kanisius tetap konsisten sebagai sekolah swasta khusus untuk laki-laki. Hal paling menonjol yang membedakan Kolese Kanisius dari sekolah lainnya adalah fokusnya yang kuat pada pendidikan karakter, yang menjadi ciri khas sejak masa pendiriannya hingga saat ini.


Mengikuti pendidikan di Kolese Kanisius adalah sebuah perjalanan yang penuh tantangan dan peluang untuk berkembang. Seperti halnya sekolah-sekolah Jesuit lainnya, Kolese Kanisius tidak hanya mengutamakan pencapaian akademis, tetapi juga pembentukan karakter. Mulai dari proses yang terjadi di SMP Kolese Kanisius. Proses ini tidak selalu mudah, terutama ketika dihadapkan dengan perubahan besar dalam lingkungan belajar, seperti beban akademis yang meningkat dari jenjang SD ke SMP.

Salah satu program yang paling berkesan adalah Ignatian Brotherhood, sebuah program pelatihan karakter yang ditujukan untuk siswa baru di SMP Kolese Kanisius. Program ini dirancang untuk memupuk rasa kebersamaan dan persaudaraan di antara siswa. Salah satu tradisi uniknya adalah penyetaraan siswa melalui pencukuran rambut hingga kepala botak, yang menunjukkan bagaimana setiap siswa diperlakukan sama tanpa memandang latar belakang mereka. Pengalaman tak terlupakan lainnya adalah ketika sebuah angkatan dijahili oleh kakak kelas ketika acara penutupan dengan siraman air selang setelah mereka disuruh mandi sebelum acaranya. Ini merupakan sebuah momen yang menekankan bahwa hidup tidak harus diambil terlalu serius dan penting untuk menikmati setiap prosesnya.

Sayangnya, pengalaman seperti ini sempat terhenti ketika pandemi Covid-19 melanda. Wabah ini memengaruhi kehidupan sekolah, memaksa kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring. Meskipun demikian, interaksi di dunia maya masih memungkinkan terciptanya relasi yang dalam di antara teman-teman. Bahkan dalam keterbatasan tersebut, karakter dan persahabatan yang erat tetap dapat terjalin.

Saat kelulusan dari SMP tiba, salah satu pengalaman yang membekas adalah ketika diadakan acara drama angkatan. Momen ketika seorang siswa jatuh dari panggung dan tetap melanjutkan pertunjukan dengan semangat kebersamaan menjadi pelajaran berharga tentang solidaritas dan kepedulian.

Memasuki jenjang SMA, tantangan akademis kembali meningkat. Setelah bertahun-tahun belajar secara daring, kembali beradaptasi dengan lingkungan sekolah fisik menjadi hal yang sulit. Namun, berkat dukungan dari para guru yang tak henti-hentinya mendorong perkembangan akademis dan karakter, semangat belajar perlahan kembali bangkit.

Sama seperti di SMP, terdapat program pelatihan karakter di SMA yang dikenal sebagai Ignatius Leadership Training(ILT). Program ini penuh dengan tantangan fisik dan mental yang dirancang untuk membangun kepemimpinan dan rasa kebersamaan. Latihan fisik di tengah hujan deras, tugas-tugas yang tampak mustahil, dan hukuman yang kadang terasa tidak masuk akal—semua pengalaman ini berujung pada terciptanya ikatan persaudaraan yang kuat di antara siswa-siswanya.

Ketika kurikulum merdeka diterapkan pada jenjang kelas sebelas, siswa diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat. Tiga pelajaran minat, dan satu pelajaran lintas minat. Sistem ini memberikan fleksibilitas baru, namun juga memerlukan adaptasi yang tidak mudah. Pengalaman lain yang membekas dalam siswa adalah saat live in, sebuah program yang mengajak siswa tinggal di pedesaan dan merasakan kehidupan masyarakat setempat. Siswa diajak memberikan perspektif baru tentang rasa syukur atas berbagai karunia dalam hidup.

Kini, kelas 12 menjadi fase akhir dari perjalanan panjang di Kolese Kanisius. Lulusan sekolah ini tidak hanya diharapkan memiliki kecakapan akademis, tetapi juga siap untuk berkontribusi pada dunia dengan karakter yang kuat dan integritas yang tinggi. Lulusan Kolese Kanisius berprestasi. Mungkin kalian mengenal beberapa dari mereka, ada yang menjadi menteri, bodybuilder terkenal, ataupun pemilik bisnis internet yang besar. Meskipun mayoritas dari mereka tidak mampu untuk mencapai puncak-puncak kesuksesan, mereka semua masih bisa membuat jejak mereka di dunia ini. Apapun yang mereka kejar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun