Mohon tunggu...
Rafael Alexander Susanto
Rafael Alexander Susanto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA Kolese Kanisius Jakarta

Saya suka membaca dan bermain game.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketergantungan Siswa CC dengan Fasilitas dan Teknologi Modern

27 April 2024   20:41 Diperbarui: 27 April 2024   20:42 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap tahun, sekolah Kolese Kanisius memiliki tradisi untuk mengadakan kegiatan yang disebut Jambore. Dalam kegiatan ini, siswa dari satu angkatan pergi ke daerah pegunungan untuk melakukan berbagai aktivitas disana, seperti berkemah, trekking, berinteraksi dengan warga lokal, dan lain sebagainya. Pada April tahun 2024 ini, angkatan kelas 10 pergi ke Bukit Cinta Telaga Menjer di Wonosobo, Jawa Tengah.

Kegiatan Jambore seperti pada tahun ini bertujuan untuk mendekatkan siswa Kolese Kanisius dengan alam semi-liar. Ini karena secara umum, kami siswa Kolese Kanisius adalah anak-anak kota, yang sudah terbiasa dengan lengkapnya fasilitas dan teknologi di daerah perkotaan besar seperti Jabodetabek. Maka, dengan dilakukannya kegiatan Jambore, diharapkan bahwa kami akan mampu hidup di daerah yang lebih dekat dengan alam, yang berada di luar zona nyaman kami. Tentu saja, kami akan menjumpai beberapa masalah selama proses Jambore.

Perjalanan kami menuju lokasi Jambore membutuhkan waktu yang sangat lama, yakni 14-15 jam dengan bus. Karena handphone kami sudah dikumpulkan sebelum berangkat, maka kami merasa sangat bosan selama perjalanan tersebut. Beberapa memilih untuk terus tidur, beberapa bermain dengan kartu, beberapa sibuk bercerita, tetapi secara umum situasi di bus kurang kondusif untuk mendukung semua kegiatan itu, sehingga kami tetap merasa bosan dan muak dengan perjalanan yang lama. Ini tidak dibantu dengan kondisi jalan tol yang macet.

Saya mendengar banyak komentar dari teman-teman saya tentang masalah ini, yang dapat dikelompokkan menjadi dua opini, yaitu :

1. Seandainya handphone kami masih diperbolehkan, dan hanya dikumpulkan saat sudah sampai disana, maka situasi di bus akan lebih tenang, dan mereka yang ingin beristirahat dapat melakukannya dengan lebih mudah.

2. Guru-guru seharusnya memperbolehkan siswa untuk berbicara bebas, karena di beberapa bus guru-guru pendamping cukup ketat dengan apa yang boleh dilakukan dan dikatakan siswa, sementara di beberapa bus lain mereka membebaskan siswa busnya.

Lalu, selama periode waktu 3 hari disana, banyak yang merasa segan untuk melakukan hal-hal seperti BAB, karena toilet yang ada toilet jongkok dan terkesan kurang higienis dibandingkan toilet yang kami sudah terbiasa di rumah atau sekolah. Pada akhirnya, banyak yang memilih untuk menahan BAB sampai tiba di Kolese Loyola Semarang, Kolese Kanisius Jakarta, atau bahkan sampai di rumah mereka masing-masing.

Hal yang sama juga muncul mengenai mandi. Dari perkataan teman-teman saya, saya menemukan 3 alasan mengapa banyak dari kami yang memilih untuk tidak mandi selama disana, yaitu :

1. Air yang ada di toilet bersuhu dingin, sehingga tidak nyaman digunakan untuk mandi.

2. Banyak kotoran tanah di tembok/lantai dan juga ember air yang membuat banyak dari kami segan untuk mandi.

3. Banyak dari kami yang tidak terbiasa mandi dengan gayung sehingga merasa malas untuk mandi. Pada akhirnya, banyak yang hanya mandi setelah sampai di rumah masing-masing.

Kedua hal tersebut menunjukkan ketergantungan kami pada fasilitas dan teknologi yang nyaman. Dalam situasi pertama, kami sudah sangat terbiasa dengan tersedianya handphone dengan segala fitur hiburan dan komunikasinya, sehingga saat tidak ada handphone, kami kebingungan ingin melakukan apa untuk mengisi waktu luang dan kondisi mental kami menurun. Dalam situasi kedua, kami sudah terbiasa dengan fasilitas kamar mandi yang modern dan bersih, dengan toilet duduk, shower, water heater, dan lain sebagainya. Maka, saat kami menjumpai toilet seperti di Bukit Cinta Telaga Menjer, banyak yang kesulitan dan segan untuk menggunakannya secara efektif.

Ada beberapa solusi yang menurut saya akan dapat membantu mengatasi masalah-masalah itu. Solusi-solusi untuk masalah pertama yaitu :

1. Saat mengetahui bahwa handphone tidak akan bisa diakses untuk waktu tertentu, sebaiknya menyiapkan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghabiskan waktu luang. Lebih baik lagi jika hal-hal tersebut dapat dilakukan bersama teman-teman, sehingga menjadi kesempatan untuk berinteraksi dan menjadi lebih dekat dengan teman-teman atau orang lain. Contohnya adalah buku/novel/komik, set kartu remi, permainan sumpit, jebot, atau hal-hal lainnya.

2. Saat merasa bosan, undang teman-teman ke dalam diskusi-diskusi dengan topik-topik yang menarik, namun dapat dibahas untuk waktu yang lama. Ini terjadi di bus saya sendiri, dimana beberapa teman-teman saya mendiskusikan topik-topik acak (pendidikan, teori sains, filosofi, agama, dsb) yang saya beri, dan akhirnya satu setengah jam terlewati penuh dengan berpikir, tertawa, dan terhibur.

3. Menyiapkan/membeli makanan ringan untuk dinikmati bersama saat perjalanan. Ini banyak dilakukan oleh kami saat rombongan bus berhenti di rest area untuk ke toilet, makan, dan lain-lain. Saat sedang makan, terlebih jika bersama-sama dengan teman, rasa bosan dapat terhindari.

4. Jika sudah cukup lama tidak tidur, namun perjalanan masih panjang, maka tidur saja. Saat kita tidur, waktu akan terasa berlalu sangat cepat, sehingga bisa saja, setelah bangun tidur, sudah sampai di tujuan akhir.

Lalu, solusi-solusi untuk masalah kedua yaitu :

1. Mulai membiasakan diri dengan mandi air bersuhu sedang/dingin di rumah. Ini supaya kita tidak tergantung pada air hangat untuk mandi dan dapat mandi dengan air bersuhu sedang ataupun dingin. Ini juga membawa manfaat-manfaat dari mandi air dingin, seperti melancarkan sirkulasi darah, mengencangkan pori-pori kulit, dan lain-lain.

2. Menjadi orang yang pertama menggunakan fasilitas toilet di pagi hari, sehingga belum banyak yang menggunakannya dan kondisi toilet masih bersih. Jika ini dilakukan, maka seharusnya kondisi toilet tidak terlalu kotor.

3. Membawa tisu tambahan (tisu kering dan tisu basah) untuk membantu proses BAB sehingga kondisi air tidak menjadi masalah terlalu besar untuk melakukan BAB.

4. Melatih diri untuk bisa buang air besar ataupun buang air kecil di toilet jongkok. Ini karena toilet jongkok akan sering dijumpai di mayoritas daerah Indonesia, sehingga penting untuk tetap bisa melakukan hal-hal penting dengan toilet jongkok maupun toilet duduk.

Kesimpulan yang saya dapatkan adalah bahwa dengan ketergantungan kami terhadap fasilitas dan teknologi tertentu, kami mengalami kesulitan dan masalah dengan hal-hal yang sebenarnya biasa dijalani orang lain, hanya saja kami tidak terbiasa. Maka, penting bagi kita untuk melatih diri sehingga dapat beradaptasi dengan masalah-masalah seperti itu, yang didasarkan kurangnya akses kita terhadap teknologi dan fasilitas modern.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun