Mohon tunggu...
Rafael Maximiliano
Rafael Maximiliano Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Berkomitmen meneliti, serta menyelesaikan permasalahan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Perjalanan Melalui Keberagaman: Pesona Harmoni antar Budaya, Agama, dan Tradisi

18 November 2024   20:59 Diperbarui: 18 November 2024   23:04 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Negara Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, bukan juga milik suatu adat istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke" -- Ir. Soekarno

Keberagaman. Sesuatu yang tidak bisa kita hindari, hanya kita maklumi. Keberagaman bisa menjadi kekuatan terbesar kita sekaligus kelemahan terbesar kita. 

Keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia bukan hanya menjadi sebuah fakta sosial melainkan merupakan kekayaan yang harus dijaga serta dilestarikan oleh segenap warganya. 

Keberagaman yang dimiliki Indonesia merupakan salah satu ciri khas yang sangat menonjol, di mana hal tersebut mencerminkan kekayaan budaya, suku, agama, kebiasaan, dan ras yang tiada duanya dengan negara lain di dunia. 

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keragaman paling tinggi di dunia, dengan 17.001 pulau, 1.340 suku yang berbeda, lebih dari 300 suku bangsa, dan 715 bahasa yang saling hidup berdampingan setiap harinya.

Semuanya disatukan di bawah panji "Bhinneka Tunggal Ika" dan perasaan senasib yang sama di mana kemudian kesamaan tersebut menjadi dasar dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsep Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya menjadi pandangan yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, melainkan suatu kode etik yang harus diikuti oleh seluruh anggota masyarakat sebagai landasan untuk menghargai perbedaan yang menjadi sumber kekuatan kita secara keseluruhan. 

Pada hari Rabu, 30 Oktober 2024 Kolese Kanisius melakukan kegiatan "ekskursi" menuju berbagai pesantren di Pulau Jawa. KBBI mendefinisikan ekskursi sebagai "perjalanan untuk bersenang-senang, piknik, atau darmawisata." 

Rombongan pelajar Kanisius, atau lebih sering dipanggil sebagai Kanisian, berbaris bagaikan prajurit-prajurit yang siap diutus ke medan pertempuran mempertahankan bangsa dan negara menuju bus-bus yang telah menunggu di lapangan parkir. Satu demi satu para Kanisian berangkat menuju pesantren sembari mengembang misi yang satu: mempelajari budaya dan cara hidup para santri dan santriwati di pesantren. 

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam secara tradisional yang memiliki fungsi sebagai tempat belajar bagi santri, pelajar di pondok pesantren, di mana mereka tinggal dalam sistem asrama di bawah bimbingan seorang kiai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun