Tiktok telah menjadi aktifitas dalam keseharian generasi 4.0. Setiap orang berpose sesukanya didepan kamera kemudian diupload menjadi tontonan publik.
Tiktok merupakan suatu jaringan sosial dan platform video dan musik milik Tiongkok yang diluncurkan pada september 2016 oleh Zhang Yiming, pendiri Toutiao dengan induk perusahan ByeteDance.Tiktok dalam sistem operasinya pada iOS, Android dan PC dengan besar penyimapan pada Android ialah 54 MB dan IOS 408 MB.
Aplikasi ini terbuka bagi setiap orang untuk membuat musik dan video pendek mereka sendiri untuk dipublikasikan. Tersedia dalam kurang lebih 16 bahasa.
Kini Tiktok telah mendunia sampai pada lapisan masyarakat dalam generasi 4.0.
Tiktok yang awalnya dimaksudkan untuk menjadi alat dalam membagikan kreatifitas melalui video dan musik telah menyimpang dari seharusnya.
Banyak tiktokers yang karena mengejar followers dan like yang banyak rela menabur Aib. Berpakaian transparan, memamerkan sebagaian tubuh yang seharusnya ditutupi, bahkan menayangkan adegan-adegan yang berbau pornografis.
Hal ini telah menyimpang dari tiktok yang sebagai platform video dan musik kreatifitas.
90% hal ini diakibatkan karena penghasilan yang dapat diperoleh dari tiktok. Seorang Tiktokers yang memiliki jutaan folowers dan like akan dibayar/digaji.
Diluar negeri seorang Tiktokers dengan jutaan followers berpenghasilan berkisar Rp. 14 juta-Rp.442 juta.
Nah, untuk gaji penghasilan TikTokers di Indonesia bisa diambil contoh TikTokers terkenal Sandy Saputra (@sandy.ss). Penghasilan yang diperoleh Sandy, ditaksir per video yang diunggah, berkisar antara $ 1395 - $ 3488 (Rp 19,6 juta -- Rp 49 juta). Belum lagi koin TikTok yang diterima Sandy saat melakukan live streaming.( Yulia K. Dewi)
Penghasilan yang sangat besarkan?
Karena besarnya penghasilan (uang) yang bisa didapatkan dari Tiktok maka menciptakan suatu arena perlombaan demi mendapatkan banyak followers dan like.
Banyak konten dan kreatifitas yang dapat dibuat di platform ini tetapi banyak juga yang telah dibuat. Generasi 4.0 juga, apalagi kaum remaja, pada masa pubernya lebih suka menonton konten-konten yang "menyegarkan mata".
Dikarenakan penghasilan besar yang bisa didapatkan di Tiktok dan besarnya penikmat konten-konten yang menambah aib sehingga memicu tekad Tiktokers dalam menambah aib mereka dengan membuat konten-konten yang mengandung unsur pornografis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H