Diplomasi di era saat ini sudah bukan hanya dimainkan oleh aktor -- aktor utamanya seperti kepala negara atau menteri luar negeri, tetapi juga melalui lembaga- lembaga lain di bawah pemerintah. Diplomasi kemanusiaan adalah salah satu jenis diplomasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Diplomasi ini adalah tipe diplomasi yang dilakukan dengan cara memberikan bantuan baik itu berupa dana, logistik, maupun tenaga ahli kepada negara -- negara lain yang membutuhkan. Negara -- negara tersebut membutuhkan bantuan internasional karena mengalami bencana alam atau karena perang.
Indonesia bisa belajar diplomasi kemanusiaan dari negara sahabat, Turki. Profesor dari Anadolu University, Volkan Seysane melihat bahwa Turki adalah contoh bagaimana diplomasi kemanusiaan yang dipimpin oleh negara dapat berjalan dengan sangat baik. Melalui diplomasi humanis ini Turki memiliki tujuan untuk menjadi aktor internasional yang kuat dan sekaligus paling dermawan.
Program ini dimulai sejak Partai AK (partai penguasa saat ini) terpilih pada tahun 2002. Ia berkembang saat krisis di semenanjung Arab, yang dimulai sejak tahun 2011 yang kemudian diikuti dengan bantuan ke Somalia. Turki kemudian menjadi negara pertama diluar Uni Eropa yang mengirimkan bantuan untuk muslim Rohingya di Myanmar pada tahun 2012.
Menurut data resmi pemerintah Turki, sejak tahun 2005 -- 2019 dana yang dialokasikan untuk bantuan kemanusiaan meningkat dari 178 juta USD per tahun menjadi 7,5 miliar USD per tahun. Global Humanitarian Assistance Report melaporkan bahwa Turki telah menggelontorkan dana sebesar 5,6 miliar USD untuk bantuan kemanusiaan pada tahun 2022. Turki menduduki peringkat kedua dibawah Amerika Serikat.
Pada bulan Februari lalu, gempa dahsyat mengguncang 3 provinsi besar di Turki. Bencana yang menewaskan lebih dari 50.000 orang itu mengagetkan seluruh negeri dan dunia internasional. Sejak hari pertama bencana terjadi, setidaknya sudah ada 105 negara dan 16 organisasi internasional yang mengirimkan bantuan. Bantuan tersebut berupa pengiriman tim khusus untuk membantu pencarian korban, bantuan logistik, dan juga dana. Reaksi luar biasa ini merupakan hasil dari berbagai kebijakan luar negeri yang menggunakan berbagai alat termasuk diplomasi kemanusiaan untuk meningkatkan kehadiran dan eksposur Turki di dunia internasional.
Indonesia dapat belajar dari peristiwa ini, bahwa dalam diplomasi, khususnya diplomasi kemanusiaan, kesempatan masih sangat terbuka untuk menyebarkan pengaruh di dunia internasional. Terlepas dari masalah politis untuk memperlihatkan rasa solidaritas dan kemanusiaan untuk semua orang di seluruh dunia. Diplomasi kemanusiaan terbukti menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pengaruh dan juga kekuatan di peta percaturan internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H