Mohon tunggu...
Raenovaldy Akhmad Eliskan
Raenovaldy Akhmad Eliskan Mohon Tunggu... -

Pemuda Indonesia biasa yang ingin bangsanya berjaya di dunia!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Jasa Transportasi Online, Konvensional, dan Karya Anak Bangsa

22 Maret 2016   12:53 Diperbarui: 23 Maret 2016   06:58 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Supir taxi konvensional demo menuntut ditutupnya taxi online dan transportasi online lainnya dengan alasan membuat angkutan mereka sepi penumpang.

Sungguh suatu kebodohan yang nampak jelas, kenapa?  Sebab saya rasa tak ada yang salah dengan adanya transportasi dengan pemesanan lewat aplikasi online, bukan kah taxi-taxi konvensional pun sudah membuat sistem online tersebut?

Nah,  lalu kenapa Masyarakat seakan enggan menggunakan jasa angkutan dengan sistem konvensional? Ingat ini zaman globalisasi dimana segala hal berlangsung dengan cepat dan masyarakat membutuhkan sarana yang mudah dan simple.

Disisi lain seharusnya para supir angkutan dengan sistem konvensional pun sadar, pelayanan mereka masih sangat buruk, masih banyak supir taxi yang memberikan tarif seenaknya, menggunakan argo kuda , dan itu adalah salah satu faktor yang membuat masyarakat semakin malas menggunakan jasa angkutan mereka.

Pemerintah pun seharusnya sadar bahwa ini zaman serba internet dan serba canggih, seiring dengan perkembangan zaman tersebut tentu banyak perusahaan dibidang IT menciptakan aplikasi atau sistem yang mampu membantu kehidupan manusia. Maka dari itu pemerintah seharusnya mendukung dan memberikan kemudahan untuk mengurus perizinan yang dibutuhkan, bukan malah dipersulit.

Jika memang pemerintah peduli dengan para penemu/ahli yang memiliki karya tentu UU yang sedang disusun pun harus memberikan kemudahan kepada mereka bukan malah mempersulit dan malah memberatkan mereka.

Untuk apa pemerintah mewajibkan masyarakat menempuh pendidikan dengan harapan setelah lulus dapat membangun Indoensia menjadi lebih baik, tapi karya-karya yang diciptakan jarang sekali mendapat dukungan dan pemerintah seakan membatasi karya-karya mereka, hingga akhirnya mereka banyak memilih mengukuhkan karyanyabtersebut di negeri orang, sebab di luar sana karya mereka lebih dihargai.

Intinya sebagai masyarakat kita menginginkan kemudahan, efisiensi, pelayanan yang baik, dan tentu biaya yang sesuai. Selain itu pemerintah wajib mendukung dan benar-benar mengakui karya anak bangsa, bukan hanya dengan penciteraan di media semata, tapi dengan adanya langkah nyata.

-RAE-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun