"Negriku NEGRI PERMEN"  Banyak hal yang bisa menceritakan negri ini NEGRI PERMEN yang enak dan manis tapi sayang berpenyakit. Disini perbedaan antar manusia ke manusia esensinya sudah berbeda, dipakai untuk menindas, kesetaraan dipandang cuma satu mata saja dimana kekuatanlah "RAJA"nya, yang kuat yang berkuasa yang lemah jelas menjadi aktor utama teraniaya.  "Emosi" emosi yang dipakai di negri permen ini bukannya saling menghargai LUCU ya? Pukulan - pukulan menyambut segala macam perbedaan bila tak cukup puas juga senjatalah yang berbicara menunjukkan segala macam taji dan kekuatan mengimplementasikan betapa keras kepalanya manusia itu. NEGRI PERMEN negri yang manis (Ucapan) dari mereka manusia - manusia yang mempunyai kepentingan (Negative) meng iming - imingi rasa manis kepada manusia lain untuk mendukungnya "Kasarnya sih buat kekuatan untuk berkuasa demi keuntungan pihak dia" Lagi-lagi kepentingan itupun berujung menghina, merampas bahkan membunuh yang dianggap rivalnya. Manis penuh penyakit budaya sosial yang meng-AGUNG. Matinya akan rasa kehidupan sebenarnya seperti kemiskinan mengisi setiap hela nafas hingga kepala, kebodohan menu utama. Perbedaan di lihat sebagai ancaman disambut dengan kebencian. Oeoowo NEGRI PERMEN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H