Nonton di Netflix memang tengah menjadi tren, ketika layanan TV lokal tidak menyuguhkan sesuatu yang menarik lagi untuk di tonton. Di tambah ketika pandemi dimulai tahun 2019, saat orang-orang tidak bisa mendapatkan hiburan karena harus stay at home, Netflix menjadi salah satu penyelamat kebosanan.Â
Mencapai peak di era pandemi, Netflix kini menghadapi kenyataan yang kurang bagus. Dilansir The New York Times, pada laporan perusahaan kuartal pertama tahun 2022 yang diumumkan pada hari Selasa (19/4), Netflix membeberkan bahwa mereka telah kehilangan 200.000 pelanggan.
Dan lebih buruk lagi, Netflix diprediksi akan kehilangan dua juta pelanggan pada kuartal berikutnya. Sehari setelah laporan itu diumumkan, pada hari Rabu (20/4) saham Netflix turun 35%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Netflix kehilangan 200.000 subscriber-nya. Apa sajakah itu?
1. Munculnya pesaing yang menawarkan konten tak kalah menarik.
Meskipun Netflix masih menguasai pasar layanan streaming, kemunculan kompetitor-kompetitor lain tidak bisa dianggap sepele. Terbukti dari pertambahan pelanggan kompetitor yang terus melaju karena beberapa film atau acara andalan yang tadinya ditayangkan di Netflix, kini ditarik dan disiarkan sendiri oleh pihak TV yang telah mempunyai aplikasi streaming sendiri. Seperti serial Friends oleh HBO Max. Juga banyaknya serial-serial yang booming yang ditayangkan di luar Netflix.
2. Kebijakan Berbagi Akun
Memang tidak disangkal, kebijakan sharing account menjadi gebrakan Netflix. Tapi hal ini seperti pisau bermata dua, di satu sisi menarik minat orang-orang, di satu sisi menghambat pertumbuhan adanya subscriber baru, karena tentunya orang-orang akan lebih memilih untuk sharing karena harga lebih terjangkau. Jika pun ada, pertumbuhan itu akan bergerak lambat.
3. Konten Original yang Kurang Peminat
Netflix terlah menggelontorkan dana sebesar 15 Miliar US Dollar untuk proyek konten original mereka. Hanya saja feedback yang didapatkan tidak terlalu baik, banyak pelanggan mereka yang bahkan tidak berminat menontonnya. Konten original ini sering kalah saing dengan konten eksklusif dari kompetitor lainnya, seperti Hulu, Peacock, Disney+ dll.