Mohon tunggu...
Rae Sita Michel
Rae Sita Michel Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance copywriter & content writer

Freelance copywriter & content writer who loves to learning anything

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Berbeda Di Tiap Tahun

24 Desember 2011   15:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:48 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam natal, suatu perayaan yang dinantikan oleh umat Kristiani di tiap tahunnya. Lagu-lagunya yang berkumandang dimana-mana termasuk di mall-mall. Pohon natal dan hiasannya yang berhias indah di berbagai tempat, tak lupa dengan lampunya yang berkelap kelip. Bapak gendut Santa Claus yang berkeliling mall untuk menunjukkan hari Natal yang sudah dekat. Hal-hal seperti ini yang sering terlihat di tiap tahunnya di bulan Desember.

Saya tidak memiliki pohon natal dan berbagai hiasannya ataupun lampu kerlap kerlip seperti kebanyakan orang. Namun saya memiliki kisah di seetiap hari Natal tiba, saya memiliki berbagai cerita yang berbeda-beda di tiap tahunnya. Mungkin ada beberapa cerita yang sama, tapi perasaan dan sensainya saja yang berbeda. Belum lagi makna dan firman yang diberikan pastilah berbeda agar iman semakin bertumbuh.

Pada waktu saya masih kecil, saya merayakan natal bersama keluarga. Pergi ke gereja bersama, melaksanakan kebaktian dan pulang. Hanya sampai disitu. Tanpa perayaan kecil bersama keluarga ataupun bertukar kado seperti yang sering ditanyakan teman-teman saya. Namun pengorbanan Yesus untuk menjadi manusia dan isi dari khotbah Natalah yang selalu hinggap pada diri saya.

Di umur saya yang ke dua belas, kembali saya merayakan Natal. Tentu saja bersama keluarga. Namun tanpa seorang Ayah. Itulah pertama kalinya saya merayakan Natal semenjak Ayah saya meninggal akibat gagal ginjal. Natal yang sepi bagi saya karena saya dekat dengan Ayah saya. Namun, bukan itu yang Tuhan mau. Ia ingin saya merayakan dan bersukacita.

Bertepatan dengan itu pula saya menjadi anggota Mini Choir untuk Natal Remaja. Saya mulai aktif di gereja. Teringat oleh saya bahwa salah satu permintaannya kepada saya adalah menjadi aktivis di gereja. Seandainya beliau masih hidup, saya ingin dia hadir dan melihat saya bernyanyi di depan, memenuhi permintaannya.

Semenjak aktif di gereja, Natal tidak lagi dirasakan penuh bersama keluarga. Saya berbagi dengan menjadi pelayan di gereja. Entah itu bermain biola, bermain drama, atau menjadi penerima tamu. Cukup lelah dengan hal-hal seperti ini. Saya memiliki kerinduan untuk Natal bersama keluarga. Namun, ini adalah pelayanan yang sudah menjadi tanggung jawab saya. Saya mengerjakannya semaksimal mungkin.

Tahun ini, tahun terakhir saya menjadi seorang siswa. Banyak yang harus dipersiapkan dari jauh-jauh hari. Sehingga teman-teman sepelayanan mengurangi bagian pelayanan saya. Dengan seperti ini saya berharap saya dapat merayakan Natal bersama keluarga. Namun, Ibu saya pelayanan di malam Natal menjadi anggota Paduan Suara, adik saya sedang sakit dan beristirahat di rumah. Kebaktian Natal saya rasakan sendiri.

Walaupun banyak kisah di tiap Natal, tapi pasti ada makna yang terkandung di dalamnya. Saya menyukai cerita Maria dan Yusuf, Bayi Yesus, dan Makna Lilin di hari Natal. Sungguh luar biasa menggambarkan suatu perngorbanan, kesederhanaan, berbagi, dan kasih kepada semua orang tanpa pandang bulu.

Selamat Natal 2011...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun