Karena sama-sama memiliki dampak positif dan negatif, tidak ada jawaban yang mutlak tentang mana yang lebih baik antara guilt culture dan shame culture. Keduanya adalah aspek budaya yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung pada konteks dan bagaimana kedua budaya tersebut diimplementasikan dalam masyarakat.
Baik shame culture dan guilt culture haruslah diterapkan beriringan dengan situasi dan kondisi sosial yang mendukung dan saling merangkul satu sama lain sehingga pengaruh positif dari keduanya dapat terimplementasi tapi juga dampak buruk dari masing-masing budaya (terutama terhadap kesehatan mental individu) dapat terminimalisir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H