Adakah diantara kita yang sepanjang hidupnya tidak pernah bercermin? maaf, kalau terlalu berani mendahului jawaban dari masing-masing kita, hemat saya jawabannya TIDAK. Sebenarnya, ada satu fakta dibalik keberanian itu. Family100 ketika host nya masih Sony Tulung, pernah satu disurvey dan kemudian menjadi Pertanyaan pamungkas pada sesi itu (walau lupa hari, tanggal dan tahunnya), begini pertanyaannya "sebutkan hal yang dilakukan orang sebelum meninggalkan rumah", seperti biasa dari 100 orang yang ditanya ada 32 orang (yang paling banyak dari jawaban lainnya) yang menjawab "Melihat Wajah Dicermin - Berkaca", jawaban itu lebih tinggu dari yang paling sesuai dengan kebiasaan saya yaitu "Mengunci Pintu". Mencoba memikirkan apa benar? ternyata saya coba kaji, bukti-bukti lainnya, contoh yang paling cepat, disetiap rumah pastilah kita menemukan paling sedikitnya 1 Cermin, hal ini mengungguli dari perabotan rumah tangga lainnya. Ditambah lagi, seperti banyak perabotan rumah tangga yang malah dilengkapi cermin tersendiri, dalam hati juga berkata, setiap orang kenapa selalu bercermin? pribadi saya menjawab memastikan wajah kita saat ini.Â
Lalu kenapa tulisan pendek ini berjudul Bercermin di Sosial Media? karena fenomena saat ini, Akun Sosial Media menjadi muara setiap aktifitas pemiliknya. entah Senang, Sedih, Gembira Riang, Susah Gelisah, Lapar, Makan, Dirumah, Dikantor, di Gerbong Kreta, disetiap tempat, disetiap kesempatan yang dimiliki pastilah merepresentasikan keadaany pemilik akun tersebut. tak usah saya urai Sosial Media apa saja yang paling sering digunakan untuk menghadirkan update pemilik akunnya, bahkan yang paling konyol, di saat pesawat sudah on boarding, disaat Kepala Kru sudah menginstruksikan menonaktifkan handphone dan segala jenis alat yang memancarkan frekuensi masih ada saja yang update demi menghadirkan status terbaru diakunnya. Bukankah ini jauh lebih hebat dari pada aktifitas bercermin sebagaimana hasil Survey 100 Pemirsa tersebut diatas? hahahaha, jamannya memang sudah serba update, harus update, bahkan tak heran kalau anak remaja dirumah ugal-ugalan kalau paket data habis, mereka stress seolah tidak rela melewatkan moment sedetikpun.
Kembali, kepada bercermin tadi, dalam Sosial Media ini malah seperti kerasukan! bercermin yang sesungguhnya dilakukan untuk memastikan wajah kita saat ini, umumnya bertujuan agar enak dilihat, kalau di Sosial Media semua keadaan tersedia. saya mencermati beberapa status benar-benar menggambarkan situasi real, tak ubahnya Sosial Media seperti hati-pikiran ke-dua (pertama ya asli fisiknya). lebihnya Sosial media ini dibaca oleh setiap teman, sahabat, seteru, walau beberapa orang bisa membatasi pembacanya, tapi tak banyak.Â
Entah kenapa, saya sering terenyuh seketika membaca status yang tak jauh dari prinsip bercermin (dilihat lebih enak - bukan memanifulasi), tak sedikit yang mencurahkan kedongkolannya, tak tanggun-tanggun rasa kesal atas hal kecil terhadap Suami atau Istri juga sering dituangkan di Sosial Media. Beberapa kali berkesempatan memediasi teman yang sedang ribut dengan pasangannya, tanpa mereka sadari alasan pertengkaran mulut dimulai pertanyaan "kenapa nulis status begitu di...salah satu akun"? lalu tak lama kemudian dijawab dengan "...itu balasan statusmu yang kemarin..." dan tak pernah berkesudahan kalau sudah mulai pertengkaran dampak status di Sosial Media. Saya juga heran, di Sosial Media orang bisa seperti jujurnya luar dalam, tak ada yang disembunyikan, padahal sesuai yang sipatnya pribadi bukan dikonsumsi publik justru diupdate di Sosial Media, tak sulit seorang yang tak berkepentingan pun sudah tau lebih dulu dan saat itulah bibit pertikaian sedang bertumbuh.
Pernah beberapa kali saya gak habis pikir, teman saya yang kesehariannya pendiam, nyaris bicara kalau hanya ditanya, tapi kalau di akun Sosial Media malah dalam sehari bisa berubah status tak kurang dari 10 kali, dan yang saya terhubung aja ada 4 Sosial Media yang dimiliki. Aneh, tapi nyata. Tak ketinggalan juga yang statusnya tidak digubris oleh pembacanya bisa uring-uringan, merasa dia tidak diperhatikan oleh temannya, saya mengenal satu yang dikantornya dia supervisor memiliki team langsung 12 orang, pernah dia dongkolnya luar biasa karena tak satupun anak buahnya yang like dengan statusnya di akun Sosial Media nya, ini jauh lebih aneh lagi. Seolah - olah eksistensi dan reputasi seseorang ditengok dari akun Sosial Media, betul tapi Sosial Media bukanlah sebagai Cermin tapi sebagai media sosial:)
Dengan Teman-teman saya berpesan, Sosial Media saat ini jangan dijadikan seperti hati-pikiran kedua kita, boleh aktif dalam ber-Sosial Media, namun ingatlah jangan sampai pembaca melihat kita seutuhnya dari akun Sosial Media yang kita miliki.Â
Salam Aktif di Sosial Media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H