(Tidak Diperuntukkan Penderita Ejekulasi Dini Saat Membaca Online)*
LUPAKAN MIYABI. Lupakan saja persoalan industri film negeri ini yang kadang dangkal dan tak bergizi. Lupakan konsepsi ‘ini’ seni dan ‘itu’ pornografi. Lupakan pertentangan artis versus MUI, serta perilaku caper-nya organisasi radikal nan fundamentalis dengan dalih ayat-ayat suci. Lupakan juga demokrasi. Buang jauh-jauh dulu itu definisi globalisasi, terminologi hukum internasional, kesenjangan Dunia Ketiga, bencana alam dan perubahan iklim, serta tetek bengek lipstik ideologi dunia berserta kemajuan teknologi mutakhir yang terus memesonakan kita. Lupakan juga aturan moral, etika dan norma sosial serta kaidah agama yang meruap sesak di sekeliling kita berdua. Lupakan dulu semuanya untuk sekali ini saja, sayang. Karena apa yang bakal kutulis di sini jauh mundur melampaui itu semua. Kali ini aku akan mengajakmu menyusuri tonggak penting kehidupan yang bermula jutaan tahun ke belakang. Ayo sayang, tutup mata dan tarik nafasmu perlahan. Sini dekatkan liang telingamu ke tipis bibirku, biar kubisikkan rahasia yang membuat segala aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya terus melaju kencang bersama peliknya peradaban dunia dewasa ini. Rahasia peradaban yang menggerakkan semua orangtua di segala zaman untuk menikah, berketurunan dan melahirkan begitu banyak keturunannya dengan efektif dan sukses. Rahasia yang juga menjadi penyebab sekaligus alasan kita berdua mengada, hidup dan tumbuh dewasa seperti sekarang. Yaitu rahasia berupa 4 huruf yang terletak di antara desir dadamu dan dadaku tiap kali kita mulai berdekatan, saling menghela nafas berhadap-hadapan dipayungi langit bebintangan dan rembulan manis lagi juga romantis seperti malam dulu itu (masih ingatkah?). Maka sebelum kulanjutkan lebih dalam, ayo dekatkan tubuhmu ke tubuhku. Agak bisa kutatap jelas kerling matamu, rona merah madu di pipimu, ikal wangi rambutmu, busung dadamu yang lembut itu (ingin kugenggam telapak tanganmu yang cepat lembab itu, bolehkah?). Sebab rahasia peradaban tadi itu, hanya bisa kamu pahami bila kita berdua sudah seintim ini. Rahasia dalam empat huruf yang bakal kubisikkan seiring naiknya afrodisiak dan deru nafas kita berdua yang mulai selaras sekarang; ialah empat huruf dalam bahasa paling purba yang kita punya: S E K S Kini rebahkan tubuh dan pejamkan matamu, sayang. Kita mulai saja. Foreplay TAK ADA YANG lebih indah dibandingkan dengan upaya para biolog dan kajian psikologi mutakhir saat menyadari fakta bahwa seks memainkan peran utama dalam membentuk perilaku dan budaya manusia di berbagai tingkat peradaban. Bisa dibilang, tindakan seksual manusia berjalan seiring gerak sejarah manusia itu sendiri. Kegiatan seksual sudah terjadi sejak manusia prasejarah belum mengenal apa yang disebut diferensiasi seksual, hingga di abad teknologi informasi belakangan ini manusia pasca modern mengenal apa yang disebut cybersex dan teledildonik. Seks bahkan menjadi ritual jauh sebelum agama menciptakan konsep pernikahan dan monogami, seks juga dipercaya mampu membangkitkan jalan mencapai Tuhan; Oidos; Spirit; Sang Transenden; atau dalam simbol matematika tak berhingga (~) sebagai Dia Yang Tidak Diketahui. Seks yang kini juga menjelma dengan banalnya sebagai ekstase one night stand sesaat di hotel berbintang, hingga ke sudut-sudut pesta orgy di komunitas hedonis yang eksklusif. Kita tentu penasaran kenapa manusia memiliki dorongan seksual yang demikian kuat. Sampai-sampai seorang direktur perusahaan bersedia mempertaruhkan jabatannya daripada melewatkan kesempatan berhubungan seks dengan sekretarisnya (yang mungkin kelak menjadi istrinya di masa depan). Sampai-sampai seorang perempuan memilih dilecehkan dan menikmati jadi istri kedua daripada kehilangan bapak anak-anaknya. Sampai-sampai tokoh agama paling alim hingga aktivis LSM paling kritis sekalipun rela melupakan isi khutbah dan hasil diskusinya untuk sekedar bergosip ria tentang siapa yang paling seksi di lingkungannya. Sampai-sampai jutaan muda-mudi di dunia ketagihan bermain-main dengan kelaminnya, terpaksa kawin muda dan menjalani rumahtangga meski belum siap secara rohani dan materinya. Jawabannya tentu bisa bermacam-macam. Mari sayang, bantu aku merunutinya satu persatu, sambil pelan-pelan kita lucuti segala penghalang di masing-masing tubuh kita berdua sampai telanjang. Ayo jangan malu-malu. Oral SEMENTARA KITA SALING menyentuh bagian mana saja dari sepasang tubuh yang pasrah ini, coba kamu bayangkan juga gambaran kondisi planet Bumi ketika hujan teresterial turun, lautan luas tercipta, gunung api melontarkan inti bumi ke permukaan dan sub purba memunculkan protein pertama di dunia ratusan juta tahun yang lalu. Agak lama berselang setelahnya, muncul bask dalam asam sulfat di sungai-sungai kuno, mikroba dan cacing tabung yang hidup di sistem teras hidrotermal dasar laut, serta bakteri metan yang dapat hidup tanpa oksigen bahkan. Kisah kehidupan awal di bumi pun sedikit lebih tinggi sampai keanekaragaman hayati pertama bersel satu merebak dan bakteri mulai melimpah ruah. Lewat proses yang kompleks, tambal sulam dan acak sembarangan, species, genus dan ordo tertentu dari mata rantai perubahan seturut waktu memungkinkan klimaks itu datang sektar satu juta tahun yang lalu: cikal bakal manusia lahir, yakni manusia prasejarah paling campin menyebar dan lolos dai seleksi kekuatan alam (bukan lewat kesadaran, karena rasio belum muncul saat itu) dari segala bentuk kehidupan pada masanya. Intercourse HUBUNGAN SEKS MERUPAKAN dorongan alamiah untuk bisa survive for the fittest yang didapat manusia prasejarah dari warisan genetika mahluk hidup yang pernah ada sebelumnya. Ketika itu, hubungan seks dilakukan secara acak dengan siapa saja yang ditemuinya. Ketika mereka belum mampu membedakan jenis kelamin, sang jantan kerap berhubungan seks dengan sesama jantan, dan betina dengan sesama betina. Bahkan beberapa species primitif diduga juga mencoba berkelamin dengan batu, pohon, jamur dan species lain yang dijumpainya. Tapi sayangku, apa semua yang mereka lakukan itu efektif? Tentu saja tidak. Karena jelas bahwa hanya mereka yang diwarisi ketajaman penginderaan, naluri dan kecerdasan genetika saja yang bisa survival for the fittest. Maka mereka pun mengabaikan batu, pohon, species lain atau sesama jenis saat berhubungan seks. Dengan alasan itu pula mereka cenderung berkembang jadi lebih pemilih dalam melakukan hubungan seks. Mereka kemudian mulai menggunakan ketajaman inderanya untuk mencari pasangan kawin, salah satunya lewat penciuman. Adalah sang betina (dengan kandungan hormon yang tidak dimiliki jantan) mengeluarkan bebauan untuk bisa dikenali dan memikat sebanyak mungkin jantan (atau dalam beberapa kasus, hal ini juga bisa terjadi sebaliknya). Selain itu mereka juga mengembangkan ciri-ciri lain semisal ukuran dan bentuk tubuh mereka. Semakin ia menonjol dan memperkuat ciri-ciri itu, semakin memikat pula mereka secara seksual. Ini berarti mereka bakal punya banyak kesempatan untuk melakukan hubungan seks; semakin banyak pula kemungkinan betina untuk mengandung dan semakin banyak pula peluang sang jantan kembali bertualang menyebarkan gen-nya ke sebanyak mungkin betina lain. Proses ini berlangsung setapak demi setapak. Proses yang membuat kita paham ada makna indah di baliknya; hubungan seks di masa primitif itu membuat manusia prasejarah berhasil selamat dari seleksi alam dan kepunahan, untuk kemudian berubah lagi seturut waktu dan mewariskan gen yang lebih sempurna bagi anak cucunya kelak. Menuju Orgasme BERHUBUNG KITA SUDAH masuk ke bagian penting paling mengasyikkan berikut ini, kamu mesti paham dulu bahwa rangkaian deskripsi yang kubeberkan sejak awal, semuanya ini baru spekulasi. Kita belum punya banyak data yang mampu melaporkan secara akurat bagaimana kegiatan seks terjadi di masa prasejarah. Sebab di bagian inilah kita mulai mengira-ngira kemunculan mahluk berpikir pertama (Homo Sapiens?) yang banyak disebut-sebut dalam kitab suci sebagai Adam; ialah manusia prasejarah yang menjelma jadi manusia modern sejak ‘memakan buah pengetahuan’ dan terlempar menyadari eksistensinya di dunia untuk pertama kalinya. Orgasme PERKEMBANGAN SAINS SAAT ini telah sampai pada spekulasi bahwa kegiatan seksual manusia prasejarah dilakukan bukan atas dasar motif tertentu si pelakunya. Kegiatan seksual pada masa itu lebih didasari motif penggandaan genetika bukan demi kemanusiaan, tapi demi kepentingan gen itu sendiri: menggandakan diri sebanyak mungkin. Manusia primitif dengan gen yang berhasil mengatasi ganasnya alam, dan campin menggandakan diri akan mampu bertahan, sementara mahluk lain yang tak mampu beradaptasi akan punah begitu saja. Orgasme Lagi KINI KITA TAK bisa memungkiri bahwa Adam sebagai mahluk berpikir pertama telah melakukan hubungan seksnya (bersama Hawa?) dengan sangat gemilang. Sejak saat itu pula Adam dan Hawa menghasilkan banyak keturunan lelaki dengan sperma yang kecil, murah dan bandel, serta banyak keturunan perempuan dengan sel telur yang besar, relatif mahal dan hangat. Tak heran bila ribuan tahun kemudian, kisah-kisah Kamasutra atau Seks Trantra banyak dipelajari, pusat kebugaran dan salon kecantikan menjamur di perkotaan, buku seputar seksualitas laris dijual, operasi plastik dan payudara implant ditemukan, short pants dan tank top jadi trend di mana-mana. Kita pun mulai bisa menyimpulkan sekarang: ini semua tentang bagaimana kita jadi lebih memikat secara seksual bagi pasangan. Orgasme Ketiga dan Seterusnya DAN SEKARANG INILAH kita: Aku mencapai klimaks karena terbakar nyalamu yang terbakar juga akibat nyalaku padamu dalam satu orgasme teoritis yang indah ini: “Kita berdua adalah hasil rangkaian tak berujung ribuan generasi lelaki dan perempuan yang semuanya berhasil memperoleh pasangan kawin.” Maka atas nama kelangsungan peradaban dan keturunan umat manusia di masa depan, izinkan aku sayang untuk melesat cepat menuju hangatmu. Atas nama kebaikan umat manusia di masa depan juga, mari kita penuhi bumi dengan anak cucu yang mewarisi keindahan fisik dan kecerdasan intelektualitas kita berdua. Semoga ia berhasil menjadi janin yang sehat dan tumbuh dewasa sebagai warga dunia yang istimewa. Kita tidak bisa terus-terusan membiarkan gen manusia yang bodoh, boros dan korup terus-terusan menjadi pemimpin dunia, khan sayang?! Afterplay HUUFFFFF. KALAU KAU letih dan mengira persetubuhan ini selesai sampai kita lepaskan orgasme terakhir tadi, boleh jadi kau keliru. Inilah hebatnya manusia modern yang tak hanya memaknai seks sebagai wahana pengganda paling efektif, tapi juga sebagai cara manusia meningkatkan kualitas hidup, menemukan cinta di binar mata pasangannya, sambil merancang agenda bersama di masa depan. Jadi sayang kumohon jangan buru-buru beranjak dari ranjang agung ini. Mari kita manfaatkan sisa menit-menit penting sebagai penutup persetubuhan kita yang berkesan.
Lalu, ehem.. bagaimana dengan ‘permainanku’ tadi? Ada yang kurang atau salahkah dengan caraku bercinta? Apa kau sudah cukup puas atau mau kita lanjutkan lagi besok malam?
*** RUJUKAN UTAMA: Richard Brodie, Virus of The Mind, KPG, 2005 Joel D. Block, Secrets of Better Sex, Proffesional Books, 1997 Dono Baswardono, Malu Bertanya Sesat Di Ranjang, Galang Press, 2004 Catatan Belakang: *) Kita sedang menghadapi fenomena kalangan pengguna internet yang mulai kesulitan membaca online. Konsentrasi mereka biasanya langsung buyar setelah paragraf ketiga. Gejala yang di awal teks ini saya sebut sebagai ejekulasi dini, tengah menjadi wacana sebagai gejala deintelektualisasi di kalangan muda mudi Amerika sebagai negara dengan pengguna internet terbesar di dunia. Dibuat dengan teknik memetika, esai ini sekedar eksperimentasi tekstual yang mencoba menekan sejumlah tombol psikologis manusia. Untuk rangsangan lebih lanjut, silakan baca: http://dee-idea.blogspot.com/2006/11/keenan-dan-memetika-published-pikiran.html http://sosiologilakali.blogspot.com/2009/10/semalam-kamu-hebat.html http://prys.ilovebogor.com/2009/10/having-sex-with-you-di-abad-21/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H