Mohon tunggu...
Radnan Akyara
Radnan Akyara Mohon Tunggu... -

sebuah pseudonim

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hari Ini adalah Hari yang Baik untuk Mati

14 Desember 2009   04:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:57 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Aku tidak perlu menghancurkan sebuah kota, aku hanya perlu membebaskan pikiranku –dari ideologi yang paling sempurna”

***

Sebenarnya Kawan, saya pun masih menanyakan hal itu sampai sekarang; bagaimana akhir dalam kehidupan saya nanti? Tentu kalau boleh memilih, saya ingin meninggal dengan cara yang halus dan tenang.

Saya dapat membayangkan saat itu adalah bagian akhir sekaligus penutup yang indah atas seumur hidup saya dilahirkan. Saya mungkin akan memilih hari Jumat pagi, satu hari yang hangat dimana kicauan burung dandang menyanyikan requiem keikhlasan lewat perasaan hati yang lengkap. Sebuah Jumat pagi yang agung layaknya suatu hari besar keagamaan dirayakan. Sebuah hari yang baik untuk mati.

Tapi tunggu dulu, ada baiknya tak lupa saya coba mengingat-ingat bagaimana awal dari kehidupan (baca: kelahiran) saya dahulu. Sebab akhir pasti punya awal, bukan?! Seperti isi yang berasal dari kosong. Dan apakah kamu juga begitu? Mm..maksud saya, apa kamu juga masih ingat pada detik-detik awal kamu dilahirkan? Saat kita –dan mereka sekalian– membuka kelopak mata untuk pertama kalinya di dunia, masih ingatkah?

Saya sendiri tak ingat jelas apa yang pertama kali saya lihat dan lakukan saat itu. Saya (kembali) hanya mampu membayangkan prosesnya secara datar saja: yakni ada sebuah ruangan putih; kamar rumah sakit yang bau obat; sentuhan tangan-tangan ahli bersalin yang cekatan; kemudian pecah tangis bayi dari mulut ini; hingga jatuh ke pelukan seorang perempuan muda yang menatap lelah lewat naluri keibuan. “Akhirnya, setelah 9 bulan,” begitu mungkin pikirnya.

Kehidupan pun terulang. Seorang bayi telah lahir, menggantikan seorang kakek atau nenek lainnya yang semakin menua dan segera mati. Suatu pola yang sama dengan alur kisah berbeda. Karena itu pulalah saya mengangguk-angguk saat kamu menguraikan keduanya berada dalam gerak sirkular, seakan tanpa henti untuk berputar. Seperti Desember yang sebentar lagi Januari, atau Minggu yang akan kembali Senin. Tentu dalam konteks disini, waktu menjadi dasar ukuran.

Namun kawan, segera setelah kamu temui bahwa hidup bukanlah pembagian awal dan akhir, kepala saya mendadak pusig seperti diserang migran. Lalu saya coba fokuskan pikiran dan berkonsentrasi lagi dengan tenang.

Pada hitungan waktu (jam) yang berputar selama 1 hari, pukul 24.00 adalah pukul 00.00 itu sendiri. Tergantung dari sudut mana kita memandang, waktu yang sebenarnya satu tersebut dibagi dalam dua nama: tengah malam dan dini hari. Awal yang tak lain adalah akhir itu sendiri.

Secara otomatis, dasar ukuran disini bisa digugurkan. Nilai waktu pun nihil adanya. Penamaan hari mulai Senin hingga Minggu adalah usaha kreatif manusia melabelkan pergerakan yang sesungguhnya tak pernah ada. Masa lalu yang tak pernah berlalu. Masa depan seakan cuma khayalan. Tepat sekali rasanya bagi kita semua untuk lebih meragukan ‘hal definitif’ dari kandungan makna keduanya. Sebab yang ternyata paling nyata dalam hidup ini adalah apa yang saat ini terjadi. Bukan masa lalu atau masa depan, tapi masa sekarang!

Kalau sudah begitu, maka gerak sirkular yang telah kita sepakati tadi sesungguhnya hanya fantasi. Sebab kehidupan ini ternyata berjalan di tempat, ia tidak berputar atau maju ke depan. Saya pun semakin khawatir, jangan-jangan kau benar, Kawan. Dan jangan-jangan bulatan bumi ini tersaji berkat bantuan fantasi dan khayalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun