adapun cerita tentang Kuntilanak dan Sundel Bolong. Mereka seringkali digambarkan sebagai korban pemerkosaan dan keguguran. Menurut Gita Putri Damayana dalam artikelnya "Indonesian Folklore of Vengeful Female Ghosts", Kuntilanak dan Sundel Bolong memiliki dua makna sosial dan politik. Pertama, untuk menakuti orang agar tingkat kekerasan terhadap perempuan menurun. Kedua, sebagai kritik terhadap masih banyaknya kasus kematian perempuan saat hamil dan melahirkan.
Dari semua cerita hantu tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari mereka menyampaikan pesan rasa takut agar orang menghindari perilaku buruk dan mencurigai perilaku yang tidak wajar. Dalam politik, hal ini sering disebut sebagai metode "politics of fear". Para pemimpin seringkali memanfaatkan narasi ketakutan untuk meningkatkan kekuasaan dan pengendalian mereka atas masyarakat.
Namun, dalam konteks dunia hantu, pesannya sebenarnya berlawanan, yakni agar perilaku kita terhadap alam dan sesama menjadi lebih baik. Tidak heran bahwa di masa lampau, cerita lisan antarkampung menjadi media yang paling efektif dalam menyebarkan aturan pemerintah atau kerajaan, dan cerita hantu menjadi alat penyampaian yang paling efektif.
Dapat disimpulkan bahwa cerita-cerita hantu Indonesia tidak hanya sekadar kisah seram, tetapi juga memiliki latar belakang sejarah, budaya, sosial, dan politik yang kuat. Mereka bukan hanya untuk menakuti, tetapi juga sebagai sarana penyampaian pesan moral dan sosial kepada masyarakat. Meskipun pada awalnya mungkin membuat bulu kuduk berdiri, melihat cerita-cerita hantu ini dengan perspektif yang lebih santai dan menghargai kekayaan budaya Indonesia dapat membantu kita memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Jadi, jangan takut untuk menjelajahi cerita-cerita hantu Indonesia, karena di balik ketakutannya terdapat pelajaran dan kearifan yang bisa kita ambil. Mari kita terus merawat dan menghormati warisan budaya ini agar tetap hidup dan memberikan pengajaran bagi generasi mendatang.
MERDEKAAA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H